Rabu, 21 Mei 2014

#IndonesiaMilikAllah (Sekarang Bukan Zamannya Abrahah)

Jelang Pemilu 9 April silam, banyak sekali bermunculan pagar-pagar (hastag) untuk menyerukan atau mendukung golongan tertentu. Dan ternyata penggunaan pagar itu tidak hanya dalam dunia maya saja, kini pagar-pagar tersebut mulai merambah ke dunia nyata. Terlihat di beberapa spanduk, baliho ataupun sudah jadi bahan guyonan sebagian orang.

#IndonesiaMilikAllah. Yah, memang semua yang ada di langit dan bumi ini adalah milik Allah. Siapa yang tidak mengakuinya. Mungkin Orang yang kalap karena dimabuk asmaralah yang sedikit hilang kesadarannya dengan mengaku pacarnya adalah milik dia. hhe.

Saya terinspirasi dari buku 'Bukan Zaman Abrahah' karya Dr. Raghib As-Sirjani yang menggambarkan kondisi saat pasukan Abrahah datang untuk menghancurkan Ka'bah.

Sedari dulu, Islam memang berada dalam goncangan dan tekanan dari orang-orang yang tidak menyukai Islam. Lihat saja, Palestina yang hingga saat ini masih bergemul dengan debu dan darah. Tengoklah Suriah, lihatlah Muslim di Rohingya, berpalinglah dari kecanggihan dunia dan kirimkanlah do'a untuk negara Mesir dan Negara-Negara muslim lainnya. 

Bukankah mereka juga Milik Allah? Tapi, kenapa Allah tidak menyelamatkan mereka? Kenapa Allah tidak mengirimkan burung ababil yang mencengkram bebatuan panas untuk membasmi kaum yang merusak Islam? Kenapa Allah pilih kasih?

Nah mungkin itulah yang ada di benak kita. Kita mengeluh dan hanya menunggu pertolongan Allah datang, tanpa berusaha untuk menggapai pertolongan Allah. Tercatat dengan Jelas dalam Qs. Al-fill (1-5), Bahwa Allah telah bertindak atas pasukan gajah dengan mengirimkan burung yang berbondong-bondong untuk melempari tentara bergajah dengan batu dari tanah liat yang telah dibakar, sehingga mereka bak dedaunan yang dilumat oleh ulat.

Siapa yang tidak tahu cerita Raja Abrahah yang datang ke mekkah untuk menghancurkan ka'bah. Yang datang dari Yaman, dengan tentara bergajahnya karena iri atas kemakmuran ka'bah yang selalu mendapat kunjungan orang yang beribadah. Dia mencela kuil-kuil dan tempat ibadah yang dibangunnya sendiri dan berjanji untuk meruntuhkan Ka'bah.

Sebelum memasuki Mekkah, ia berhasil merampas 200 ekor unta milik pemimpin kota Mekkah, yang tidak lain adalah Abdul Muttalib, Kakeknya Rasulullah SAW. Ketika Abrahah memasuki kota Mekkah, datanglah Abdul Mutallib untuk berunding, dengan menyadari niat Abrahah untuk meruntuhkan Ka’abah. Abrahah dengan penuh hormat menyambut dan memuliakannya. Lalu ia meminta Abdul Mutallib mengambil tempat duduk disampingnya, kerana ia sangat menghargai dan menyeganinya sebagai pemimpin kota yang mulia.

 Abrahah bertanya kepadanya, “Ada perlu apa, wahai Abdul Mutallib?” Abdul Mutallib menjawab, “permintaanku adalah agar dikembalikannya 200 ekor untaku yang telah dirampas.” Abrahah terkejut, kerana yang disangkakan permintaannya adalah agar tidak menghancurkan Ka’abah. Abrahah berkata, “apakah engkau hanya sibuk memikirkan 200 ekor untamu yang dirampas? Sementara terhadap Baitullah yang menjadi symbol agamamu dan agama nenek moyangmu tidak engkau pedulikan?” Abdul Mutallib menanggapi dengan ungkapannya yang popular, “Sesungguhnya, aku hanya pemilik unta-unta itu, sedangkan Baitullah itu empunya Rabb, yang akan menjaganya.”

Penduduk kota Mekkah menunjukkan sikap Pasifnya. mereka memilih bersembunyi di kaki-kaki gunung, mengosongkan kotan mereka dan menyerahkan sepenuhnya kepada Abrahah agar ia dan bala tentaranya leluasa meluluhlantakkan Ka'bah. 

Jawaban dan sikap inilah yang sekarang muncul dan keluar lagi dari mulut serta sikap kita. Contohnya Di jelang pemilihan presiden tahun ini, banyak orang yang bersikap pasif dan tidak mau ambil pusing dengan kondisi Indonesia ini. Seolah indonesia hanya milik orang-orang yang peduli saja. Bahkan lebih ekstrimnya menganggap bahwa "Indonesiakan Milik Allah, jadi ya biarkan saja Allah menjaganya". Atau "Aku rapopo, siapapun presiden kita, toh Allah sudah menetapkan siapa yang terpilih nantinya" atau bahkan lebih pesimis lagi "Biarlah kan ada si anu yang ngerti politik, kita mah gak ngerti politik ngikut aja pilihan terbanyak"

Saya tidak akan menyebutkan kelompok siapa, atau kelompok mana yang bagus untuk kita dukung pada pilpres kali ini. Karena orang yang cerdas dan melek intelektualnya pasti tahu mana yang buruk diantara pilihan terburuk yang harus dipilih.

Terlepas dari haramnya demokrasi yang di gadang-gadangkan. Memang (mungkin) Demokrasi salah, tapi, dengan kondisi di Indonesia yang semuanya memiliki sistem yang saling berkaitan dengan demokrasi yang sudah salah, sangat susah dielakkan. Lantas apakah kita harus bersikap pasif? Lari ke hutan membangun dinasti baru?

Tidak!!! seharusnya kita berusaha untuk menjadi golongan orang yang meluruskan dan memperbaiki kesalahan. Bukan kabur dari permasalahan dan berteriak-teriak salah. 

Indonesia memang milik Allah. Namun, bila kita tidak memperjuangkan dan mempertahankan milik Allah dari orang-orang atau kelompok yang ingin menjarah milik Allah, apakah kita menunggu pertolongan Allah datang dengan sendirinya?

Tentu Tidak! Peristiwa ‘tentera bergajah’ merupakan peristiwa terakhir dalam menolong agama Allah dengan cara yang luar biasa. Setelah itu, syariat tersebut ditegakkan dan sering bergema dengan jelas dalam bacaan-bacaan solat kita :
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu membantu (agama) Allah, nescaya Dia akan menolongmu, dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad : 7)


Kini, lihatlah banyak orang-orang Atheis, Non Islam berlomba-lomba untuk masuk ke dalam sistem pemerintahan. Untuk Apa? Karena mereka ingin menguasai Indonesia dan merubah Pola hidup indonesia. Lihatlah, dulu zaman-zaman SD kita, jika ditanya berapa jumlah umat Islam di indonesia? Jawabannya pasti 90 %. tapi sekarang berapa persen lagi? Dan kita, sekarang lari dari sistem, dan menakut-nakuti orang yang berkeinginan baik merubah sistem. Sehingga secara tidak langsung kita membiarkan kepunyaan Allah diambil oleh umat yang tidak mempercayai Allah.

Indonesia memang Milik Allah, Sebelum Allah mengambilnya dan meminta pertanggung jawaban pada kita atas kepunyaannya ini, Maka bersikaplah aktif untuk menjaga dan melestarikan Bumi Milik Allah. Agar saat dimintai pertanggungjawaban, kita tidak terhisab sebagi orang-orang yang yang tidak amanah dalam menjaga titipannya. Untuk itu, jika ingin memilih, maka pilihlah yang buruk diantara yang terburuk dari pilihan yang ada.

Berkontribusilah untuk Indonesia, banyak cara untuk itu. Dan jangan menakut-nakuti orang yang ingin terus berbuat kebaikan. Kita punya cara masing-masing, kita sama-sama ingin menjaga milik Allah, jadi mari kita saling mendukung. Kalaupun tak ingin tampak langsung kepermukaan, cukuplah do'a sebagai tanda tidak putusnya persaudaraan diantara kita.

1 komentar:

Azhar Penulis mengatakan...

Menjadilah seberkas cahaya jauh lebih baik dari merutuk pada kegelapan.Tidak ada kebaikan yang kecil, selama dikerjakan atas niat dan cara yang benar. Saling menghargai dalam perbedaan pendapat, karena lawan berdebat adalah teman berpikir, bukan musuh. Sangat dalam makna yang terkandung dalam tulisan ini ...

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;