Selasa, 24 Maret 2015 2 komentar

Mengulas Jejak Yang Sering Terlupakan

Baru sebentar bertemu, akhirnya kita berpisah juga. Baru sebentar rasanya berpisah, malah takdir mmempertemukan kembali. Atau malah perpisahan itu untuk selamanya.

Itulah perputaran hidup manusia. Kita tak pernah menduga dan tak bisa menerka apa yang terjadi di masa mendatang. Teman berkelahi di masa sekolah bisa jadi partner kehidupan yang membawanya ke pelaminan. Teman berpacu nilai tetringgi dari guru mate-matika, bisa jadi karyawan di kantor kita. Bahkan, Teman dekat malah ada yang berpaling dan berkhianat. Walau tak semuanya begitu.
Begitulah hidup ini.

Tak terasa, sepanjang perjalanan hidup ini, sudah berapa banyak orang yang kita temui. Beragam macam sifat dan perangai. Pastinya, tak hanya hal-hal yang menyenangkan saja yang telah kita lewati. Justru, ada torehan luka yang mungkin hingga kini belum termaafkan atau terlupakan. Na'uzubillah. Semoga seiring dengan kedewasaan usia kita, maka kita semakin dewasa menyikapi masa lalu tanpa harus membuntuti kita di masa kini dan akan datang. Maafkanlah jika ia bersalah. Termasuk juga saya. Maafkan.

Malam ini, saya kembali mengenang hal-hal yang telah saya lewati selama hampir seperempat abad. Mungkin, saya tak mampu mengingat semuanya secara sendirian, sebab usia 1-3 tahun, bahkan 4 tahun saya masih tak mampu mengingat kejadian apa yang saya alami. Adalah foto-foto masa lalu dan juga cerita-cerita yang bersumber dari mereka yang tercinta.

Menapa rasanya, baru saja kemarin saya duduk bersama 115 orang mahasiswa baru di jurusan Arsitektur?

Seakan saya baru saja menjabat sebagai presidium di Pemerintahan Mahasiswa Unsyiah. Diamanahi menjadi ibu di kementrian Polhukam yang selalu menanyai kabar anak-anak yang berjumlah lebih dari 50an orang. Dengan karakter yang masyaAllah sangat unik.

Baru saja rasanya dekat dengan anak-anak itu. Yang akhirnya memanggilku dengan sebutan Bundadari atau bunda. Baru saja rasanya.

Baru saja aku bersama dengan para penulis hebat di FLP Aceh yang kemudian mengutusku untuk bertemu dengan puluhan penulis se sumbagut yang akhirnya tersapalah aku dengan panggilan Mak, hingga kini. Baru saja rasanya

Baru saja rasanya, duduk rapat di BEM FT membahas beragam agenda, dan hal serupa rasanya baru saja ku lakoni bersama teman-teman DPM FT.

Ah.. Baru saja rasanya mengabdi di Lembaga yang sangat berjasa itu. LDF FUAT FT. Baru saja rasanya, walaupun kini..... Sudah beberapa generasi yang telah mewarnai setelah kami

Ah.. Baru saja. Sungguh baru saja aku menjadi seorang mutarabbi dari beberapa orang murabbi hasil mutasi. Dan kini, aku pun sudah menjadi murabbi, dan telah menjadi saksi pernikahan seorang mutarabbi. Ahh baru saja.

Baru saja aku merasakan moment-moment pulang kampung berkumpul dengan keluarga besar di tambah abang ipar dan kini, sudah ada kakak ipar dengan dua orang malaikat kecil serta seorang malaikat kecil lagi.

Rasanya. Baru saja aku hijrah menggenakan jilbab secara syar'i yang kemudian mempertemukanku dengan ROHIS, HIPISA, KAPMI dan KAMMI.

Ya Allah.. Baru saja rasanya, aku merengek tangis saat kau tiupkan ruh hingga aku mampu melihat dunia. Dan kini, tak terasa hampir seperempat abad.

Ya Allah, baru saja rasanya memiliki guru yang baik hati n sabar mendidikku ilmu duni dan ilmu akhirat, tapi kini, mereka telah pergi

Yah, Baru saja rasanya aku menjadi anak paling kecil di rumah ini dengan sebutan adek. Tapi ini, sebtan itu sudah milik keponakanku.

HmmM.. Baru saja rasanya, aku berlari-lari mengejar layangan di tengah lapangan, bermain petak umpet di kebun karet ataupun main rumah-rumahan di ladang ubi milik tetangga.

Baru saja rasanya, berseragam putih biru donker dan putih abu-abu.

Baru saja.. Baru saja dan Baru saja semua hal itu mengisi hari-hari saya.

Waktu begitu cepat berlalu rasanya. Tapi semua itu hanya rasanya. Kitalah yang terkadang sombong dan angkuh dalam menjalan hari-hari kita.

Jika ada masih diberi kesempatan untuk menrasakan baru saja rasanya, maka esok aku akan menuliskan rasanya menjadi seorang hafizah yang sudah tidak terbata-bata lagi dalam menghafal

Ingin dipertemukan dengan seseorang yang berani memintaku pada orang tua dan bersedia membimbingku menuju cintaNya.

Ingin merasakan menjadi ibu biologis dari anak-anak yang akan menjadi pribadi sukses dunia-akhirat, insyaAllah dan tetap menjadi ibu ideologis bagi mereka

Ingin rasanya menginjakkan kaki di rumahMu ya Rabb. Bersama mereka yang terkasih

Ingin Rasanya.................. (My Dream)

End


 
;