Rabu, 21 Mei 2014 1 komentar

#IndonesiaMilikAllah (Sekarang Bukan Zamannya Abrahah)

Jelang Pemilu 9 April silam, banyak sekali bermunculan pagar-pagar (hastag) untuk menyerukan atau mendukung golongan tertentu. Dan ternyata penggunaan pagar itu tidak hanya dalam dunia maya saja, kini pagar-pagar tersebut mulai merambah ke dunia nyata. Terlihat di beberapa spanduk, baliho ataupun sudah jadi bahan guyonan sebagian orang.

#IndonesiaMilikAllah. Yah, memang semua yang ada di langit dan bumi ini adalah milik Allah. Siapa yang tidak mengakuinya. Mungkin Orang yang kalap karena dimabuk asmaralah yang sedikit hilang kesadarannya dengan mengaku pacarnya adalah milik dia. hhe.

Saya terinspirasi dari buku 'Bukan Zaman Abrahah' karya Dr. Raghib As-Sirjani yang menggambarkan kondisi saat pasukan Abrahah datang untuk menghancurkan Ka'bah.
0 komentar

IBADAH (Intensive Belajar Kita Dengan Allah) : Nyamuk Sang Ahli Bedah

Ini tentang Nyamuk. Nyamuk yang kerap disalahkan, dipukul dan dicemoohkan oleh manusia karena dianggap sebagai biang keladi penyebab penyakit dan pengganggu ketentraman kehidupan manusia, apalagi di kala malam. Sehingga banyaklah usaha yang dilakukan manusia untuk membasminya. Mungkin termasuk saya. Tapi, sejak saat ini saya akan mengurangi gencatan senjata (Adu Tangan) untuk membasmi nyamuk.

Wow.. Dalam Al-qur'an nyamuk yang hanya mempunyai dua sayap berisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang yang panjangnya cuma sekali-kali mampu melebihi angka 15 mm itu ada dalam Al-qur'an.
3 komentar

Kemana Wajah Tuhanmu Menghadap?

Pertanyaan ini sering sekali keluar dari mulut-mulut para fakir akal yaitu orang-orang Atheis yang diberikan akal, tetapi tidak mampu mendefinisikan makna akal. Dan ternyata pertanyaan-pertanyaan tersebut telah lama muncul, bahkan zaman Imam Abu Hanifah pun sudah ada.

Sumber : googling
Siapa Abu Hanifah?
Abu Hanifah adalah nama lain dari Imam Hanafi yang kita kenal sebagai salah seorang ulama dan salah satu Imam dari empat Imam yang memiliki mazhab.

Abu Hanifah yang nama aslinya adalah Nu'man Bin Tsbit Bin Marzaban adalah seorang Ahli fiqih yang lahir tahun 80 H. Pekerjaan beliau semasa mudanya adalah seorang pedagang yang jujur. Terkenal dengan kejujuran dan memiliki wawasan dan ilmu pemahaman yang lebih menonjol dibandingkan pemuda seusianya. Suatu hari, Ada seorang Alim yang berjumpa dengan Abu Hanifah di Pasar, kemudian orang tersebut memberikan nasihat kepada Abu Hanifah untuk menghabiskan hari-harinya tak hanya sekedar menjadi seorang pedagang. Bahkan menyuruh beliau untuk menemui Ulama yang ada di kota itu untuk berguru ilmu agama.

Saran dari orang tersebut pun tidak dinafikkan oleh seorang pemuda yang sangat sukses dan sibuk dengan bisnisnya. Ia pun memutuskan belajar Ilmu Agama (mengaji) dengan seorang Ulama di sela-sela kesibukannya. Hingga kemudian Abu Hanifah berguru dengan Hammad Bin Abu Sulaiman.
Sabtu, 17 Mei 2014 0 komentar

Mimpi Pagi Ini : Dua kali terguncang

Aku tersentak dari tidurku. Astaghfirullah, apakah ini benar-benar gempa? aku mencari informasi dari alam sekitar kamar tidur temanku ini, karena sudah beberapa hari ini aku menginap di rumahnya. aku mengecek air yang ada dalam ceret. tidak bergoyang. kemudian aku melihat lampu pijar yang tergantung. sepertinya ada sedikit hempasan yang mengakibatkan ia bergoyang.

jam berapa ini? aku tidak menemukan jam. Handphoneku lawbatt dari semalam dan padam. teman ku  entah dimana. saat aku terbangun, tak ada seorang pun di sisiku. langsung saja ku hidupkan laptop berharap menemukan info yang ku cari.

Ternyata pukul delapan pagi. satu pertanyaanku terjawab. ketika laptop benar-benar dalam kondisi on aku langsung menghubungkannya dengan modem untuk dapat mengakses info. tujuan utamaku adalah membuka situs resminya BMKG alias Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. biasanya info gempa atau bencana ia pasti langsung update. 

Tapi, tak ku temukan jawaban di sana. terakhir info gempa tanggal 14 Mei silam. itupun saat gempa 14 Mei silam, aku langsung mencari info di situs resmi tersebut tidak ada, baru beberapa menit kemudian info itu ku temukan. sama seperti sekarang. kemudian ada seorang seniorku membuat stastus tentang gempa, dan ternyata benar tadi itu gempa bukan mimpi.
Jumat, 16 Mei 2014 0 komentar

Kutitip Cinta Kita (Naskah Puisi di buku antologi yang kesepuluh) 'Selimut Tetangga, Republik'


Kamu…
Yang pernah hadir di dalam hidupku
Merubah suasana yang tak berarah
Jadi Indah dan penuh gairah

Kamu..
Yang mengisi ruang hatiku
Menenggelamkan egoku dan egomu yang begitu kental
Sehingga kita saling mengenal satu-sama lainnya.

Kamis, 15 Mei 2014 2 komentar

Pacarku Menjerumuskanku



“Arrggggghhh... Aku tak mau ia mampir di tubuhku.. Sial” Ucapku, saat mencuri dengar pembicaraan dokter dengan ibuku. Aku pun menendang pot bunga yang ada di koridor rumah sakit hingga terguling dan pecah.

“Ahh.. sakit.. Uhuk…ukhuk..uhuk” keluhku setelah menendang pot bunga disusul batuk yang mengganggu pernafasanku.

“Brengsek” aku pun tak berhenti menggerutu. Seketika aku pun seakan melihat jelas sosok lelaki itu. Yah, dialah lelaki yang membuatku begini. Dialah yang selalu mennyuguhkan barang penyebab penyakitku ini. “Sial…” Jeritku memecah kesunyian rumah sakit

Namanya Rudi, dia adalah pacar kesekianku dan yang paling lama bertahan hingga tingga tahun. Aku ingat malam perkenalanku dengan dia. Saat itu, aku ditemani oleh tiara sepupuku, pulang dari rumah teman. Di jalan, mobilku pun mogok dan kebetulan dia lewat di jalan yang kami lalui. Dia pun memberikan bantuan untuk memperbaiki mobil kami. Tak ada yang istimewa dari dia, hanya tampak seperti pemuda alim biasanya.

Tak lama setelah itu, aku pun jadian dengan Rudi. Awalnya pacaran kami standar pacaran ala anak muda yang baik-baik. Cuma keluar jalan-jalan, makan dan lain sebagainya. Sama seperti pacar-pacarku yang dulu. Tapi, pada suatu hari aku diajak oleh Rudi berkumpul dengan teman-teman lamanya.

Saat sampai di sana, ku lihat ada wanita dan laki-laki sedang menikmati malamnya di tempat yang remang-remang. Bukan diskotik, maupun bar atau apalah namanya. Ini adalah taman di belakang rumah yang sengaja didesain dengan tampilan ala diskotik. Aku mengedarkan pandangan. Merasa tak nyaman melihat wanita bergemul dengan asap yang keluar dari mulut penuh lipstick merah merekah. Alkohol pun tak jauh dari hadapannya.

“Kita pulang sajalah. Aku tidak nyaman” pintaku padanya

“Ahh.. malam ini saja. Tak enak dengan Boby, aku sudah lama tak bertemu dengannya. Ayolah.. kita sudah sampai. Nah itu Boby melambaikan tangan ke arah kita”
Sabtu, 10 Mei 2014 0 komentar

Pernah diikutsertakan 'Lomba Tulis Nusantara' (Belum Rezeki) : Rugi Jadi Anak Aceh



“Rugi jadi Anak Aceh, tapi belum keliling Aceh Sha. Udah ikutan Baksos terus”. Ujar seorang teman yang juga merupakan rekan kerja di organisasi kampus. Alfi.

“hmmM, kamu bilang begitu bukan karena kamu lagi maksa aku ikut baksos kan Al?” tanyaku pada lelaki yang tengah sibuk menunggu lembar demi lembar yang meluncur dari mesin printer.

“yeee GR kamu sha. Ngapain juga aku maksa kamu ikut baksos? Lagian kalau pun kamu ikut, toh kamunya gak se-team denganku.” ledek Alfi

“Nih, jilid proposalnya.” Lelaki berkacamata itu pun menyodorkan lagi setumpuk proposal yang harus ku jilid.

_Wahai Ayah dan Ibu, dengarlah rintihan anakmu, bimbinglah diriku ini, di jalan yang penuh berliku_ terdengar deringan nada telepon dari dalam tas yang menghentikan perhatianku pada proposal yang disodorkan Alfi. Aku pun memberi kode pada tia untuk membantu Alfi menjilid proposal baksos itu.

“Hallo, Assalamu’alaikum Bah” sapaku pada sosok lelaki disana saat ku angkat telepon itu

“Wa’alaikumsalamwrwb. Kiban[1] dek, sehat?” Tanya Suara lelaki di seberang sana yang ku panggil Abah[2]

“Alhamdulillah sehat bah. Abah kiban, sehat?” jawabku, yang kemudian balik bertanya tentang kabar Abah

“Alhamdulillah Abah dan mak sehat. Jadi pergi baksosnya dek?” Tanya Abah
Hah, aku terperanjat mendengar pertanyaan Abah. Bukannya telepon sebelumnya Abah tak setuju kalau aku ikut baksos. Jangan-jangan ini adalah sinyal Abah mulai mengizinkanku. Aku pun langsung menjawab “Jadi Bah, insyaallah malam minggu ini berangkat. Adek boleh pergi kan Bah?” aku mencoba memastikan kembali apa putusan yang akan diberikan Abah.

“Iya, Abah izinkan. Pergi aja. Hati-hati, jaga diri baik-baik disana. Ingat, jangan sembarangan di kampung orang. Kalau gak ada uang biar Abah kirimkan besok.”

hmmM.. pernyataan Abah itu sangat menentramkan hatiku. Menjawab semua kegalauanku yang diamanahkan menjadi Koordinator divisi Keagamaan di Baksos ini.  Memang Abah itu sangat bijaksana. Batinku

“Siap komandan! Makasih banyak Bah, gak usah kirim uang lagi Bah. InsyaAllah masih ada uang jajan kemarin. Lagian semua akomodasi ditanggung pihak kampus.” Jawabku sebelum telpon ditutup oleh Abah.
Aku pun berjalan menghampiri Tia dan Alfi yang kini tak lagi menjilid Proposal tapi telah beralih membantu teman-teman yang lain mengemas-ngemas barang yang akan dibawa baksos.

“Bahagia banget Sha, kelihatannya. Cieee telpon dari siapa?” Goda Raihan ketua BEM yang juga merupakan teman seangkatanku di Jurusan Arsitektur.

“Hhaa.. Alhamdulillah aku diizinkan ikut baksos. Jadi mari kita semangat.” Ucapku sangat bahagia dan menggebu-gebu

“Alhamdulillah” semua pun meng-koor-kan kalimat hamdallah
***

Sejak pukul dua dua siang semua relawan sudah standby di rumah peradaban kampus. Yah kami menyebut itu untuk kantor BEM Unsyiah. Ruangan yang merupakan bagian dari gedung Gelanggang Mahasisawa yang menjadi pusat beragam kegiatan mahasiswa Unsyiah.

Semua barang yang akan di bawa sudah dibagi sesuai dengan daerah baksos yang telah ditentukan. Ada 3 titik. Yang pertama itu, daerah Burlah kecamatan Ketol, Takengon. Aceh Tengah. Yang kedua dan ketiga, di pedalaman  Meulaboh, Aceh Barat. Dan kebetulan aku masuk dalam bagian daerah pertama. Yaitu takengon. Yang dipimpin oleh Koordinator Titik alias KorTik Rian Septiandri dan Cut Kayla. Sedangkan Alfi Pratama dan Delia Nabilla memimpin titik dua. Dan untuk titik tiga dikomandoi oleh Herman Ramadhan dan Syafa Az-zahra.

Rencananya Pukul 16.30 Bapak Rektor akan melepas keberangkatan kami untuk mengabdi dalam rangka menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh BEM Kampus selain dari agenda KKN (kuliah Kerja Nyata) yang merupakan mata kuliah wajib yang ada di kampus.
0 komentar

Sudah diikutsertakan lomba : Cinta Halal



“Aku mencintaimu karena Allah.” Itu ucapmu sore itu kepadaku.

Aku tercengang, tak mengerti mengapa kau berani sekali menyatakan cintamu itu kepadaku. Ku fikir, ah ini hanya candaanmu saja padaku. Karena sejak awal kuliah kita memang dekat. Dan semakin dekat ketika kau sudah hijrah dari kehidupan lamamu dan kita seorganisasi di kampus.
Perdebatan sore itu pun terjadi. Aku bergegas pergi meninggalkanmu dengan membawa amarah. Namun, marahkah aku padamu? “Agrrhhhhh aku tak tau”.

“Nin, makan yuk. Aku lapar” ajak aisyah. Lamunanku pun buyar seketika

“HmmM… sebenarnya aku malas sih. Belum lapar soalnya” ucapku setengah hati

“Ayolah Nin, kamu tidak kasihan apa melihat aku kelaparan seperti ini?” rayu aisyah. Kalau sudah begini, aku mana mungkin tidak bisa menolak ajakan teman seperjuanganku yang satu ini.
Kami pun bergegas menuju kantin yang letaknya terpisah dengan gedung kuliah. “Kita lewat tangga ini aja ya, Ai. Aku mau fotocopy dulu sebentar” ajakku sambil menarik lengan aisyah yang hampir jalan lurus ke arah tangga lainnya.

“Oke sip, Neng”

Usai fotocopy kami pun melanjutkan perjalanan menuju kantin Fakultas para raja. Fakultas Teknik. Kami pun melewati Mushalla Baitul Bashna’. Mushalla yang menyimpan sejarah antara aku dan kamu. Di mushalla itulah kamu mengutarakan isi hatimu. Saat itu hanya tersisa aku, dinda dan kamu. Hanya saja saat itu dinda tengah sibuk membereskan peralatan usai acara. Sehingga dia tidak mendengar pembicaraan kita.

Aku pun tidak berani melirik ke jendela ruangan mungil itu. Aku memilih terus bercerita sepanjang jalan menuju kantin dengan Aisyah.

“Kayaknya ramai di kantin Ai. Bakalan gak dapat tempat duduk nih kita” ucapku sedikit pesimis “Bungkus aja ya Ai. Kita makan di ruang Tugas Akhir saja” tawarku

“Tenang, Nin. Kamu jangan pesimis gitu. Lihat tuh, si Andi dan teman-temannya sudah siap mau bangun” ucap Aisyah

Jlep.. “Aisyah tak tahu yang ku rasakan. Aku sengaja menghindari pertemuan dengannya dan kini, dia ada di sini dan Aisyah membawaku di keadaan yang rumit. Duhh… hati, tenanglah. Huuuuft.”

“Ai, kamu duduk aja duluan, aku mau pesan Mie rebus dulu. Kamu pesan apa? Biar sekalian aku saja yang mesanin” tawarku, untuk mengalihkan diri.

“Aku pesan Omelet saja. Pedas dan pakai daging juga ya.”

“Oke”
Selasa, 06 Mei 2014 3 komentar

IBADAH (Intensive Belajar Kita Dengan Allah) : Gara-Gara-Gigi



Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sore itu, aku dan dua orang temanku, Mala dan Iki memilih menikmati indahnya petang di sebuah kafe yang menyediakan menu khas dari jepang. Kebetulan pemiliknya adalah dosen kami. Sehingga berita tentang enaknya makanan yang disajikan pun tak luput dari pendengaran kami.

Namun, di sini kita tidak membahas tentang makanan yang bernama takoyaki, suzhi ataupun yang lainnya. Aku akan bercerita tentang saat-saat menuju ke kafe-saat di kafe dan pulangnya kami.

Sore itu, seperti biasa, pukul tujuh belas nol nol adalah jatahnya kami meninggalkan ruang TA sekaligus meninggalkan kampus tercinta dengan segala kenangan aktivitas yang membuat suka maupun duka. Aku, Mala dan Iki pun menuju ke tempat yang telah kami jadikan target.

Saat hampir sampai di tempat tujuan, tiba-tiba salah satu motor yang kami pakai, penginjak giginya copot. Lebih tepatnya bisa dibilang patah. Kami sempat panik. "Yaudah, jalan saja terus, tanggung udah gak jauh lagi kafenya. Pas sampai, barulah kita fikirkan solusinya." Ucapku, mencoba memberikan saran.

Pada saat sudah diparkirkan, dan motor sudah dimatikan, barulah kami tersadar. "Eh, itukan bergigi motornya, terus mana bisa dipindah-pindahin. Karena udah masuk gigi. Kalau di engkol pun tidak bisa, bisa-bisa nanti munclat motornya"

"Hah, iya juga ya. jadi bagaimana?"
"Iya ya, bagaimana"

Sejumlah pertanyaan memusingkan muncul diantara kami. Bengkel pun lumayan jauh dari kafe ini. Kemudian aku pun memutuskan untuk pergi survei  bengkel terdekat dengan Iki. Setelah melirik-kiri kanan, akhirnya kami menemukan bengkel yang hampir tutup. Kami pun curhat ke abang bengkel, dan ternyata abang bengkel tersebut menyerah. Beliau menolak membantu kami. (Sebenarnya, bukan nolak. Tapi karena di bengkel tersebut gak punya alat las).

Abang bengkel itu pun iba dengan curhatan kami, akhirnya beliau menunjukkan sebuah tempat yang sangat mahir dalam dunia las-menglas. (Ya iyalah, karena itu tempat membuat pagar, jeruji dsb. Jadi wajar punya alat las).

Kejadian di bengkel pun hampir terulang di tempat las. Tempat las itu pun hampir tutup. Namun, curhatan kami mampu meluluhkan abang tempat las itu. Kami pun janjian dengan abang las itu untuk kembali lagi membawa motor yang giginya copot tersebut.

Namun, kebingungan terjadi lagi.. "Waduh ki.. dorongnya ini bakalan capek juga ya. apalagi musti angkat-angkat lagi, gak bisa cuma sekedar didorong". Keluhku, membayangkan jauhnya perjalanan.

Iki pun hanya mengangguk. "ki, bentar ya. kakak ke sebelah bentar ya" perintahku pada gadis cantik itu.
Seketika, ide gila pun muncul. Aku melihat ada sebuah becak barang yang nganggur disebelah bengkel las. tak butuh waktu lama, aku pun menanyakan siapa pemilik becak barang itu. Ternyata empunyanya sedang di atas bangunan. beliau adalah tukang bangunan yang sedang menyelesaikan tugasnya di atas.

Kembali lagi. Aku pun mulai curhat dengan teman-teman tukang tersebut. Akhirnya, ada yang bersedia  membawa becak tersebut dan membuntuti kami sampai ke kafe tadi.

Sampai di sana, kami (aku, mala, iki, abang becak, dan seorang pekerja di kafe) pun mengeksekusi motor yang giginya telah patah itu untuk bisa naik ke atas becak. Cukup memakan waktu juga, dan para pengunjung yang telah memenuhi kafe pun ikut menyaksikan adegan itu (mungkin ada juga ya yang berdoa.. "Ya Allah, semoga mereka kuat" hha). Dan akhirnya setelah berhasil naik, si motor pun diikat agar tidak jatuh saat dibawa.

"Bang.. kami kembali lagi"
Abang ngelas itu pun membantu si abang becak menurunkan motor itu. Ternyata tak butuh waktu lebih dari sepuluh menit (dihitung dari waktu penurun si motor hingga ditangani oleh abang ngelas), gigi si motor akhirnya kembali terpasang. Dalam keheranan, kami pun tertawa sebelum kembali ke kafe setelah membayar ongkos si abang becak dan abang ngelas.
Kamis, 01 Mei 2014 0 komentar

Bahagia Kau Bersamanya

Kini aku telah melihat kau bersamanya
Menggenggam erat tangannya dengan mesra
Yach, Sangat mesra penuh bahagia
Sehingga aku pun ikut tersenyum bahagia di sini


Ya, Aku bahagia melihat kau bersamnya
Karena Aku telah berjanji untuk tetap bahagia
Jika kau telah bahagia dengan pilihanmu
Tapi...

Ahhh..
Entah mengapa si bening hangat itu mengalir di pipiku
Padahal aku bahagia
Bahkan sangat bahagia

Senyummu dan senyumnya kini telah menjadi satu
Dan aku akan menunaikan janjiku
Aku telah ikhlas melepaskanmu
Melepaskanmu juga melepaskan rasa yang pernah ada

Maafkan aku,
Karena dalam diamku menyimpan rasa yang hampir genap satu windu
Dan kini, Aku telah menghapus namamu

1 komentar

AM (About Me) : Masa-masa Transisi

Husna Linda Yani. Putri sulung dari Bapak Abdullah Yahya dan Ibu Saudah M. Amin ini, Lahir dan tumbuh besar di KL alias Kota Langsa. Kota kecil sebagai tempat peralihan sebelum masuk ke daerah perbatasan Aceh-Medan.

Dulu, namanya bukan Husna Linda Yani, Tetapi Husniati. tidak tahu bagaimana akhirnya nama yang satu kata itu terpecah menjadi tiga pecahan nama. Sehingga ia banyak memiliki nama panggilan. Namun, ada kisah lucu tentang panggilan namanya.

Gadis ini, sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar sangat tidak senang jika disapa dengan panggilan nama depannya. Husna. Baik oleh teman-teman ataupun guru di sekolahnya. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang dia terima di sekolah berbeda dengan kesehariannya di rumah dan lingkungan permainannya.

Kalau di rumah orang-orang memanggilnya dengan penggalan nama keduanya, yaitu Linda. Dan ketika lingkungan baru saat pertama kali ia masuk sekolah dasar ia merasakan keanehan pendengaran jika di sapa dengan Husna. Dan keanehan itu pun terjadi saat teman sepermainannya di rumah dan juga merupakan teman akrabnya di Sekolah ikut memanggilnya Husna kalau di Sekolah. HmmM.. Mungkin inilah yang dikatakan bahwa faktor keluarga dan lingkungan sangat berpengaruh bagi mental anak-anak. Namun sekarang ia lebih suka dipanggil Husna yang berarti Baik, dan membiarkan panggilan semasa kecilnya menjadi panggilan sayang dari orang-orang terdekat.

Husna kecil, berbeda sekali dengan Husna yang sekarang. Husna yang dulu merupakan Gadis kecil yang tomboy dan pemberani. Tapi bukan berarti husna yang sekarang tidak tomboy dan pemberani. Hanya saja konteksnya yang berbeda. 

Sejak kecil, bisa dihitung dengan jari teman sepermainannya yang perempuan. Ia lebih dominan bermain ke sana ke mari bersama sekawanan teman lelakinya. Kenapa demikian? alasan pertama, memang anak perempuan yang seusianya bisa dihitung dengan jari ketimbang teman-teman lelakinya. yang kedua, teman perempuan terlalu cengeng, sedikit-sedikit ngadu dengan kakak ataupun keluarganya kalau salah atau apapun itu, sehingga bertolak belakang dengan sifatnya yang agak tertutup dan tak mau membawa masalahnya dengan teman-teman sepermainan ke rumah. karena menurut pemikiran kecilnya saat itu, jika melibatkan orang tua dalam urusan kecilnya dengan teman-teman seperti berkelahi ataupun sebagainya bukan menjadi solusi, malah bisa emmbuat konflik tetangga. itu yang ia lihat dari teman-temannya. Mungkin sejak itulah dia berkomitmen untuk memilah antara urusan keluarga dan urusan pribadi yang masih diterapkannya sampai saat ini. 

Yang ketiga adalah, teman perempuan suka permainan ala anak rumahan. sedangkan dia, suka permainan yang menantang dan mencoba permainan yang baru. Dan itu dia temukan saat bersama teman lelakinya. Sangking tomboynya dia, dia cukup disegani oleh teman-teman lelakinya. itu kenapa? Karena kalau ada diantara mereka yang macam-macam, usil ataupun suka mengganggu teman yang lainnya, maka bersiap-siaplah diplintir tangannya atau diajak bergulat dengannnya. Yah.. Begitulah masa kecil yang menyenangkan.

Dia Punya sahabat kecil. Tumbuh besar bersama di desa kecil yang dikelilingi hutan dan persawahan serta ladang. membuat mereka bebas mengeksplor diri. Masuk SD yang sama dan sekelas, Jalan bareng ke sekolah hingga buat PR di jalan karena kedua-duanya lupa kalau ada PR. terpaksa membuatnya dijalan, saling meminjamkan punggung sebagai meja untuk menyalin tugas-tugas. Kemudian setelah 6 tahun berada di sekolah yang sama, kini mereka lulus dan melanjutkan di SMP yang sama pula, hanya berbeda kelas. Berangkat dan pulang sekolah bersama tetap mereka jalankan. 

 
;