Rabu, 21 Mei 2014

Kemana Wajah Tuhanmu Menghadap?

Pertanyaan ini sering sekali keluar dari mulut-mulut para fakir akal yaitu orang-orang Atheis yang diberikan akal, tetapi tidak mampu mendefinisikan makna akal. Dan ternyata pertanyaan-pertanyaan tersebut telah lama muncul, bahkan zaman Imam Abu Hanifah pun sudah ada.

Sumber : googling
Siapa Abu Hanifah?
Abu Hanifah adalah nama lain dari Imam Hanafi yang kita kenal sebagai salah seorang ulama dan salah satu Imam dari empat Imam yang memiliki mazhab.

Abu Hanifah yang nama aslinya adalah Nu'man Bin Tsbit Bin Marzaban adalah seorang Ahli fiqih yang lahir tahun 80 H. Pekerjaan beliau semasa mudanya adalah seorang pedagang yang jujur. Terkenal dengan kejujuran dan memiliki wawasan dan ilmu pemahaman yang lebih menonjol dibandingkan pemuda seusianya. Suatu hari, Ada seorang Alim yang berjumpa dengan Abu Hanifah di Pasar, kemudian orang tersebut memberikan nasihat kepada Abu Hanifah untuk menghabiskan hari-harinya tak hanya sekedar menjadi seorang pedagang. Bahkan menyuruh beliau untuk menemui Ulama yang ada di kota itu untuk berguru ilmu agama.

Saran dari orang tersebut pun tidak dinafikkan oleh seorang pemuda yang sangat sukses dan sibuk dengan bisnisnya. Ia pun memutuskan belajar Ilmu Agama (mengaji) dengan seorang Ulama di sela-sela kesibukannya. Hingga kemudian Abu Hanifah berguru dengan Hammad Bin Abu Sulaiman.

Pada suatu malam, Abu Hanifah bermimpi melihat seekor babi merogoh batang pohon. Tiba-tiba sebatang dahan kecil melengkung dan memukulnya dengan keras hingga babi itu berlari menjauh sambil berteriak. kemudian ia berubah menjadi seorang manusia yang duduk di bawah pohon dan sedang beribadah.

Kemudian beliau menyampaikan mimpinya tersebut kepada gurunya. Namun, saat ingin menceritakan perihal mimpinya tersebut, Beliau melihat raut kegelisahan dari wajah sang guru. Beliau pun menanyakan hal apa yang membuat gurunya gundah.

Ternyata ada seorang atheis yang mengakui alam ini tercipta oleh alam, bukan Tuhan datang menghadap Gubernur Kuffah dan memintanya mengirimkan salah seorang ulama yang bisa menjelaskan adanya Tuhan. namun sang guru, kahwatir kalau adu argumen itu berakibat fatal bagi orang awam.

"Wahai, Guru, mungkin inilah makna dari mimpi saya beberapa hari yang lalu." Tutur Abu hanifah sambil menceritakan mimpinya. "Babi itu adalah orang atheis, Batang ilmu itu adalah Anda wahai guru, Batang kecil adalah murid anda dan melengkung serta memukul adalah mematahkan argumen tersebut."

"Karena itu, Izinkanlah saya saja yang mendebatnya. Jangan khawatir guru, Jika aku saj bisa mengalahkan mereka lalu bagaimna jika anda yang mendebat mereka? Dan bila mereka mengalahiku, aku adalah santri junior dan andai anda yang mendebat mereka, pastilah anda akan mengalahkan mereka" Jelas Abu Hanifah

"Pergilah! Semoga Allah memberkahimu" Ucap Hammad Bin Abu Sulaiman sambil mendo'akan muridnya.

Dan pergilah Abu hanifah ke tempat yang telah ditentukan. Kini beliaupun telah tiba di sana, hadir diantara gerombolan Atheis yang sudah siap melontarkan pertanyaan dan di dampingi oleh Gubernur Kuffah juga.

1.Tahun berapa Tuhanmu dilahirkan? Tanya gembong Atheis
 "Allah 'Azza Wa Jalla tidak dilahirkan dan tidak punya orang tua. Kitabnya telah menyatakan 'Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan' (Qs. Al-ikhlas : 3)"

2. Sejak kapan Tuhanmu ada?
"Allah Tabaraka wa Ta'ala ada sebelum segala sesuatu" Jawab Abu Hanifah singkat

3. Apakah kamu bisa memberikan bukti dari dunia nyata untuk membuktikan masalah ini?
Abu Hanifah balik bertanya, " Angka berapa sebelum angka empat?"

"Tiga" Jawab mereka kompak
"Sebelum Tiga?"
"Dua"
"Sebelum dua?"
"Satu" jawab mereka lagi
"Sebelum satu?"
"Tidak ada"
"Jika angka satu saja tidak di dahului oleh sesuatu pun, lalu bagaimana dengan zat yang Maha satu yang hakiki Allah Ta'ala? Dia adalah zat yang terdahulu, tidak ada yang mendahului keberadaannya"

4. Kemana wajah Tuhanmu menghadap?
"Andai kita menyalakan lampu di tempat yang gelap, kemana cahayanya berpendar" Tanya Abu Hanifah
 "Ke semua arah"jawab mereka
"Bila cahaya buatan saja berpendar ke semua arah, lalu bagaimana dengan cahaya langit dan bumi?" tanya Abu Hanifah

5. "Jelaskan hakikat Tuhanmu kepada kamiapakah dia keras seperti batu, ciar seperti air, atau gas seperti asap dan uap?"
 Abu hanifah tidak menjawab, beliau malah bertanya lagi. "Apakah kalain pernah duduk di samping orang yang sekarat?"
"Pernah"
"Sebelumnya dia berbicara kepada kalian, lalu ia membisu. sebelumnya ia bergerak, kemudian ia diam. kira-kira apa yang mengubahnya?" tanya beliau lagi
"Roh" jawab mereka
"Rohnya keluar ketika kalian berada di sampingnya?"
 "Iya"
"Tolong jelaskan ke saya, hakikat Roh itu. Apakah ia keras seperti besi, cair seperti air atau gas seperti uap dan asap?" perintah Abu Hanifah
Mereka saling berpandang dan geleng-geleng kepala. "Kami sama sekali tidak mengetahui hakikatnya"
"Roh yang makhluk saja kalian tidak dapat mengetahui hakikatnya, lalu kalian menyuruhku menjelaskan hakikat Tuhan? Ini benar-benar sesuatu yang mengherankan!" Tukas Abu Hanifah

6. Dimana Letak Tuhanmu?
"Andai kita mengisi sebuah gelas dengan susu, apakah ia mengandung lemak?" tanya Abu Hanifah?
"Ya"
"Dimana letaknya" tanya beliau kembali
"Dia tak punya tempat tertentu tapi tersebar di seluruh bagiannya" jawab mereka
"Lemak, yang makhluk saja tidak punya tempat tertentu di dalam susu. Lalu kalian menyuruhku menunjukkan tempat Tuhan? Ini benar-benar sesuatu yang menakjubkan!" Terang Abu hanifah

7. "Kalau segala sesuatu telah ditentukan sebelum alam semesta diciptakan, lalu apa yang dikerjakan Tuhan sekarang?"
"Memperlihatkan beberapa perkara dan emnyembunyikan perkara lainnya. mengangkat sekelompok manusia dan menjatuhkan sekelompok manusia lainnya. 'Setiap waktu Dia dalam kesibukan' (Qs. Ar-rahman: 29)"

8. Jika masuk surga ada pemulaan, tapi mengapa ia tak punya akhir dan kesudahan?
"Penghuninya kekal di dalamnya. Bukankah angka itu memiliki permulaan dan tidak memiliki akhir."

9. Di surga kita makan, tapi mengapa kita tidak buang air kecil dan air besar?
"Aku, kalian dan seluruh manusia tinggal 9 bulan dalam rahim ibun. Makan dari darahnya tapi kita juga tidak buang air kecil dan air besar"

10. Mengapa kebaikan syurga bertambah bila diinfakkan dan mustahil habis?
"Di dunia, Allah telah menciptakan ilmu yang bertambah karena diinfakkan. Setiap kali kalian menginfakkan ilmu itu, ia semakin bertambah dan tidak berkurang."

11. Buktikan kepada kami, Bahwa Allah itu ada! Stan diciptakan dari api, tapi mengapa ia disiksa dengan api? keburukan dan kebaikan telah ditakdirkan untuk manusia, tapi mengapa ada pahala dan siksa?
"Untuk menjawab ketiga pertanyaan itu, aku membutuhkan alat"
"Silahkan pakai alat yang kamu inginkan" Ucap mereka mempersilahkan
Abu Hanifah mengambil batu-bata dan memukulkannya dengan sangat keras ke kepala gembong atheis hingga ia menjerit histeris minta tolong. Gubernur kuffah langsung menghampiri dan memprotes apa yang dilakukan Abu Hanifah.
Abu Hanifah menjawab, "Memukul dengan dari tanah liat adalah saranaku untuk menjelaskan jawaban. manusia diciptakan dari tanah, dan batu-bata diciptakan dari tanah. Mudah-mudahan kamu semua sekarang paham bagaimana tanah disiksa dengan tanah"

Gembong orang atheis itu pun langsung mengucap dua kalimah syahadat. Namun, anak buahnya menolak. Saat itulah Abu hanifah mendendangkan.

"Rabb.. Engkau benar-benar punya banyak tanda
Andai orang itu bersedia menggunakannya
tapi hati mereka telah disumbat oleh tutupnya
Sehingga mereka tidak bisa melihat dan mengetahuinya"

Wallahua'lambissawwab..

Nah, bagaimana dengan kita? kehidupan kita tak jauh dari orang atheis. Namun bedanya kita beragama Islam. Hanya saja kita beragama Islam hanya sebatas keren-kerenan saja, hanya sebatas ikut-ikutan agama orang tua, agama ktp. sehingga kita tidak bisa melihat dan mengatahui aturan-aturan dalam Islam.
contoh kecilnya wanita. Banyak yang berjilbab. tapi jilbabnya dijadikan untuk menggaet lelaki. Ada yang berbusana tapi seperti telanjang tidak mengikuti perintah Allah. dan masih banyak lainnya. Pantaslah saja dikatakan bahwa penghuni neraka banyak dipenuhi oleh wanita.

Tapi, tidak semua begitu, Alhamdulillah kita masih melihat masih ada orang-orang shalih di sekitar kita. Apalagi di Aceh. Semoga Allah mengistiqamahkan kita di Jalan Allah ini.

Sumber : Buku Mengenal Empat Mazhab

3 komentar:

Ade Oktiviyari mengatakan...

Keren Husna! Subhanallah... bacaan yang menyegarkan:)

Husna Right mengatakan...

Hhaa.. Makasih kak Ade. ni kemarin habis baca buku, terus kepingin buat tulisan. Baru sempat posting malam ini. Semoga bermanfaat

Unknown mengatakan...

Menakjubkan sekali jawaban-jawabannya..

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;