Kamis, 23 Mei 2013 0 komentar

Ta'aruf n Ruqyah part2

0 komentar

Ta'aruf n Ruqyah part 1

"Panggil saja namanya Rena" ujar seorang teman saat memperkenalkan seorang gadis seusia dengannya kepadaku.

aku pun menjulurkan tangan yang disambut baik oleh Rena. "rena" sebutnya dan "Husna" Ucapku saling memperkenalkan diri satu sama lain.

Nurul, teman yang memperkenalkan aku dan rena itu banyak bercerita tentang kegigihan seorang Rena yang baru saja berhijrah menjadi sosok muslimah cantik dan anggun dalam balutan jilbab yang terhurai panjang menutupi dada.

"rena ini, subhanallah sekali na, ia pergi ke mesjid raya dari neusu demi setor hafalan dengan berjalan kaki." ucap nurul dengan nada penuh bangga dengan gadis yang baru ku kenal itu.

saat itu, aku dan beberapa orang teman lain yang ikut dikenalkan dengan rena, merasa takjub dan tepeh sekali mendengar penuturannya. kenapa tidak? karena, jarak dari rumahnya (setelah kami mengetahui dimana rumahnya karena berkunjung kerumaha) ke mesjid raya itu jika jalan kaki memakan waktu di perjalanan sekitar 60 menit alias sejam juga di perjalanan. jadi kami merasa malu, telah lama menyandang status sebagai muslimah, tapi selama ini masih sering mengeluh karena harus berterik-terik ria berjalan kaki ke kampus yang tak seberapa jauh, mengeluh dan malas-malasan berjalan kaki untuk sekedar mengisi mentoring dan mengikuti halaqah. hhuufft,, malu karena kurang bersyukur dan selalu meminta lebih.

sejak pertemuan itu, aku bersama teman-teman pun berjanji untuk menjadi muslimah tangguh yang tak banyak mengeluh dan terus bersungguh-sungguh. mulai menikmati perjalanan berjalan kaki kemana pun tanpa mengeluh (maklum aku dan nisa belum punya motor, baru akhir2 ini nisa mempunyai motor, sedangkan saya ya, jalan kaki atau dijemput atau meminjam motor dari sang kakak).

memanglah benar sebuah hadist mengatakan yang intinya "kalau ingin mengenali seseorang, maka bermalamlah bersamanya, lakukanlah perjalan jauh dengannya dan bermuamalahlah dengan ia, maka engkau akan tau siapa dia."

akhir bulan 3 kemarin, aku, rena, nurul, nisa dan beberapa teman yang lain mengikuti sebuah pelatihan. dimana syaratnya adalah semua peserta harus menginap ditempat. dengan senang hati, kami pun menginap bersama. melalui rutinitas bersama selama 3hari. aku pun mulai mengenal sosok rena, karena nurul dan nisa sudah ku kenal sejak lama.

rena, diusianya yang nyaris sama denganku, ia tidak pernah mengecam bangku kuliah. ia hanya merupakan gadis tamatan SMA. ayah dan ibunya meninggal terhempas tsunami saat ia dibangku SMP. kemudian ia tinggal bersama saudaranya. namun, perlakuan baik tak pernah ia rasakan, ia selalu menjadi bulan-bulanan kemarahan. kemudian ia tinggal bersama abangnya, nasibnya pun sama.. hingga selepas SMA ia hijrah ke banda aceh, tinggal bersama nenek (ibu dari ibu kandungnya). ia pun harus bekerja demi membantu meringankan biaya hidup neneknya dan juga dirinya.

gaji yang dia terima sebagai guru pembantu di sebuah PAUD (Penitipan Anak Usia Dini) hanya seberapalah, sehingga ia sering berjalan kaki kemana-mana demi mengejar cita-citanya. dan aku pun baru tau saat di pelatihan itu. hatiku pun tersentuh. ingin sekali aku membantunya. meringannkan bebannya. dan aku pun semakin bersyukur, masih memiliki keluarga yang utuh dan juga memiliki fasilitas-fasilitas yang mungkin sering ku abaikan. hiks

di hari terakhir saat pelatihan, panitia berencana menggelar ruqyah massal setelah penutupan acara. aku pun antusias mengikuti ruqyah itu. rena yang semula takut-takut untuk diruqyah pun akhirnya kami paksa untuk ikut. ada beberapa orang akhwat yang ikut. karena percaya dengan aku dan nurul, akhirnya ustaz tersebut mengutus kami untuk membantu meruqyah yang akhwatnya (megangin akhwatnya).

lantunan merdu lafaz Allah yang bersumber dari al-qur'anpun dikumandangkan oleh seorang murid ustaz yang kemudian dilanjutkan oleh ustaz tersebut mampu membuat peserta ruqyah tertidur lelap. tak lama kemudian, dari keheningan, tampaklah guratan-guratan kegelisahan diwajah rena yang telah berbalut dengan mukena. matanya berkedip-kedip, kakinya bergetar-getar. disaat itulah adrenalinku tertantang dengan bermodal pengalaman ikut-ikutan ruqyah sebelumnya. aku dan nurul mulai menekan ujung kakinya dan jempol tangannya. reaksipun semakin menjadi-jadi. jeritan menggelegar tak tertahan memecah tingginya lafaz bacaan qur'an. ayat kursi, dan segala rapalan doa terus kami bacakan.

kemudian ustaz menyuruhku untuk menanyai siapa gerangan yang bersemayam ditubuh rena. awalnya dia bersikukuh menolak untuk memberitahukanku. dan akhirnya ia pun mengutarkan kisahnya. ntah benar atau tidak, setelah di crosscheck ke renanya langsung akhirnya benarlah cerita.

Ia masuk ke rena karena ingin menjaganya. ia kasihan kepada si rena yang selalu jadi korban pelampiasan emosi dari keluarga dan saudaranya. jadi, saat rena kelas dua SMA, masuklah ia bersemayam ke tubuh rena. katanya dia adalah penunggu di sekolah itu. aku penasaran dan menanyakan "apa yang sebenarnya terjadi dengan rena sehingga ia diperlakukan begitu?". Ia pun memberitahukan perihal rena sesungguhnya. ia adalah seorang anak tak berdosa yang bersemayam dirahim ibunya saat jalinan suci antara wanita yang mengandungnya dengan seorang pria itu belum ada. kemudian keluarga besarnya menyebutnya sebagai "Anak Haram". 

Mendengar penuturan itu, aku pun tak mau melanjutkan pertanyaan lagi kepada si jin. karena aku takut ia akan terlalu jauh membongkar aib teman baruku itu. aku pun mengajak jin itu berdamai dan mengucapkan Syahadat. ia pun mengangguk dan mengikutiku yang membimbingnya melafazkan Asyhadualla ilaahaillah waasyhaduanna muhammadarrasuulullah. Setelah itu, ia pun menunaikan janjinya untuk keluar karena sesama muslim tidak diperkenankan untuk mengganggu.

Usai Ruqyah, aku sempat berbincang-bincang dengan rena, aku pun bertanya tentang perihal kebenaran yang disampaikan jin itu. kemudian ia pun menceritakannya. nurul pun sempat bertanya juga kepada rena lebih detail secara empat mata. dari situ terbentukalah sebuah kesimpulan bahwa dia itu adalah teman yang harus kita bantu dan bimbing untuk benar-benar dekat dengan Allah. karena sebenarnya didalam badannya masih ada jin-jin lain yang ingin menjadi penghiburnya.

Singkat kata, jin pun ingin menyayangi manusia, namun  kenapa pula kita sesama manusia tidak mau menyayangi saudaranya??? apakata kita dengan golongan jin nanti? terlalu sombongkah kita??? mari mulai menghidupkan hati kita untuk memiliki jiwa sosial kepada sesamanya. 


Senin, 20 Mei 2013 0 komentar

Salahkah Aku Jatuh Cinta?

Aku telah mengubur dalam-dalam rasa yang pernah bersemayam selama 7 tahun di hati. Yach, rasa yang kini pupus seiring berita pernikahannya dengan wanita belahan jiwanya itu. tapi, bukan sedih yang ku rasakan, namun aku bahagia ketika melihat tangan pria yang ku kagumi itu digandeng erat oleh wanita itu. betapa serasinya mereka. dan aku pun merasa bersalah karena pernah mengharapkan kekasih wanita yang anggun itu menjadi pendampingku.

sejak saat itu, aku takut untuk jatuh cinta, apalagi sekedar kagum semata. karena aku takut mengotori hati yang bukan milikku. aku mencoba membutakan hatiku atas pemuda berkacamata dan berjanggut tipis, tinggi dan manis. namun, semakin aku mencoba mengunci hati, banyak pemuda yang membuatku luluh, tak lagi yang berkaca mata. aku lebih realistis, tak lagi mengedepankan aksesoris, tapi laebih mengutamakan idealis dan agama yang dimilikinya.

sosok yang ku pikir hanya ada dalam mimpiku saja, ternyata dia begitu nyata. sebelum mengenalnya, aku hanya berjumpa dengannya lewat mimpi, tapi, kini nyata. ku rasa benarlah ia jodohku.


tak salah bila qt mencintai seseorang.
hanya saja, jk seseorg itu tlh memiliki pasangan jgnlah kau hdr diantara mereka.
jikalau ia blum memiliki pendamping, jgnlah kau memaksakan namamu dhatinya, krn blm tentu ia bjodoh dgmu.
kalaupun ia jodohmu, biarkanlah dsaat yg tepat ia akan mendengar ungkapan cintamu padanya. agar ia smakin pcaya bhwa kau benar2 seseorang yg dcari, dnanti dan diimpikannya.
0 komentar

Ibrah sebuah perjalanan

Sudah lama tidak menulis catatan secara resmi, akhirnya saya mendapat ide untuk menulis cerita. anggap saja ini oleh-oleh dari jelajah ke Ibukota Provinsi Sumatra utara kemarin.

Cerita ini berawal di suatu siang menjelang sore, saat kami (seven icon ala Aceh, namun diperankan oleh 4 wanita dan 3 pria) hendak berburu buku di sebuah toko buku yang sangat fenomenal, yang tak asing lagi bagi  para penulis, karena selain nama toko buku, termasuk jua nama salah satu penerbit mayor. yach, Gramedia. kebetulan kami di Medan, jadi kami hanya menunjungi Gramedia yan ada di Medan yg berlokasi di jalan gajah mada. dengan uang pas-pasan, bermodal ala backpaker, mengantongi handphone, dan dompet akhirnya kami memutuskan untuk naik becak motor alias bentor setelah berjalan 7m dari rumcay (rumah cahaya) FLP Sumut. Bisa dibayangkan, karena jumlah kami yang wanita berjumlah empat orang, maka satu bentor yang tak seberapa luas itu pun kami naiki berempat.

Dari jalan sei deli ke gajah mada sebenarnya tidaklah terlalu lama memakan waktu di jalan, hanya saja kota ini terlalu keterlaluan macetnya. Alternatif lain pun diambil oleh sang supir untuk menyiasati kemacetan tersebut. Jalan-jalan tikus pun dimasukinya (serasa di film tom n jerry). Waahh ternyata jalan tikus pun tak kalah macetnya dari jalan metropolitan. Dengan berdesak-desakan di becak (karena kami ber4) akhirnya kami sampai juga di lokasi pertama kami setelah didahului beberapa menit oleh becak yang membawa 3rekan kami. 

sesampainya kami di pintu utama, pandangan mulai di edarkan ke seluruh penjuru ruangan, kami pun saling menatap satu sama lain untuk meyakinkan bahwa ini adalah saatnya kita bergerilya. tak perlu banyak kata-kata Seven Icon Aceh (SIA) yang berdiri membentuk shaff rapi itu pun langsung menuju titik yang telah direncanakan.

ada yang bertahan dilantai satu dan ada yang mencar ke lantai dua. termasuk saya, saya pun mencari tempat terpojok untuk lebih enak melahap buku-buku yang berbanjar rapi. disudut ruangan, tepat bertuliskan "buku-buku islami", namun tepat dirak sebelah buku2 islami terdapat sebuah kitab suci yang bersampul indah layaknya al-qur'an dan ternyata itu al-kitab.

Setelah yakin n mantap akhirnya kami pulang dengan membwa bungkusan yang berisi lebih dari sebuah buku yang sempat tersemat di rak toko buku itu. kami pun memilih berjalan kaki mengitari kota setengah metropolitan itu. hhe
2 komentar

Menggosok alias nyetrika

Dalam Minggu ni Entah mengapa saya mendadak dangdut,, eh salah.. mendadak Ng-Gosok maksudnya.
Mungkin hal ini dipacu oleh semangat yang saya dapatkan saat sempat berlibur ke kota kelahiran (ntah dimana efeknya), atau karena saya ingin berangkat melewati kota kelahiran malam sabtu ini sehingga membuat saya antusias menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa.

hmmM.. :) bisa jadi Iya bisa jadi tidak. anggap saja itulah alasan saya.
namun, beberapa teman saya sempat komplain atas kerajinan saya yang seketika itu. aneh bin ajaib. setiap mereka sms atau telp dalih saya cuma dua, kalau tidak sedang mencuci, saya ingin menggosok jawabku.
"kak, pergi kemari yukkk" ajak seorang adik leting
namun "waduh, kakak lagi nyuci ni."

sesekali teman seperjuanganku juga bertanya "ngapain na?" tanyanya
"hhe mau gosok ni."jawab saya sambil nyengir
ada juga yang nimpali "yaudah sini, biar kami aja yang gosokin"
sebenarnya dalam hati bersorak riang.. wooow ada yang batuin.. segala macam niat jahil pun keluar, seperti ingin mengeluarkan kain-kain yang belum tersetrika yang bertumpuk-tumpuk selagi ada yang berniat baik. ya gak?

namun, karena saya lebih baik sedikit dari mereka, sehingga tidak mengiyakan tawaran mereka untuk membantu, sehingga saya tetap menyetrika secara mencicil.

"ya ampun na, ya ampun kak, sepertinya kerjaan kamu cuma nyuci dan gosok doank ya. kalau tau kamu bakalan gosok kan aku bisa sekalian nebeng."

 "hobi kamu bertambah sekarang ya, nyuci dan gosok"
itulah celetukan teman-teman saya yang sangatcare dengan saya.
namun disaat perjalan rajinnya saya menggosok, saya menemukan satu ikhtibar dibalik itu. ada pembelajaran yang Allah ajarkan secara tersirat. benar memang, ada ayat kauniyah (peristiwa yang ada di alam) dan ayat qauliyah (firman Allah berupa Al-qur'an). 

Nah, jadi pada saat menggosok, tiba-tiba hati saya berkecambuk terjadilah perdebatan antara batin dan pikiran. keduanya saling mengeluarkan asumsinya masing-masing. saya mencoba menjadi orang yang sangak termenung diantara dua argumen yang akhirnya mengerucut menjadi suatu titik terang.

saat kita menggosok alias menyetrika, ada sebuah proses yang menakjubkan. kain-kain (pakaian, rok, celana panjang, jilbab dsb) yang kusut merusut itu sebenarnya adalah kain yang saat kita beli di toko ia terpajang rapi dan tak ada cela sedikitpun karena ia dibungkus dengan plastik, atau digantung dihanger dengan penutup yang didesain sedemikian rupa. namun setelah kita kenakan, dan kita peras dengan sekuat tenaga lalu kita biarkan dia diterik matahari maka kain tersebut akan memiliki lipatan-lipatan yang membuatnya tak lagi rapi. sehingga kita pun enggan untuk langsung mengenakan sehingga ia harus kita rapikan dengan cara menyetrikanya.

pada saat menyetrika terjadilah proses sengatan panas yang luar biasa. itu untuk apa? itu supaya serat-serat kain itu mulai berpacu untuk melenturkan dirinya untuk berubah ke bentuk semula. bahkan karena merasa kurang rapi dan licin, kita pun menambah tegangan panas yang ekstra agar kain tersebut senakin licin.

nah, seperti itulah kita, ada saatnya Allah membiarkan kita hidup bahagia serba kekurangan tanpa cela dan kita pun tetap istiqamah dijalannya, tapi adakala kita itu harus diberi sengatan-sengatan ujian dari Allah. sengatan tersebut sebenarny adalah sengatan agar kita mulai lumas dan gesit untuk memperbaharui niat kita untuk kembali kepada fitrah kita yang lahir dalam keadaan suci. bahkan Allah menaikkan level sengatan cobaannya itu, agar kita semakin kuat, semakin dekat denganNya. Sengatan Panasnya itu, karena Allah yakin, kita mampu untuk kembali dan bertahan didalam jalan dakwah ini. sama seperti kita yakin saat menaikkan suhu setrikaan, pasti kain-kain tersebut akan menjadi licin.

Tetap semangat bagi siapapun yang membaca tulisan ini, Hidup kita hanya sekali. manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya dan se-bermanfaat mungkin. "andai waktu orang-orang yang tak tahu harus berbuat apa hari ini bisa saya beli, maka saya ingin sekali membelinya untuk menyelesaikan segepok pekerjaan yang kerap tertunda karena waktu yang seakan tak cukup. namun apalah daya, tidak ada istilah berandai-andai.

bagi yang telah mendapatkan hidyah, jangan pernah menyia-nyiakannya. jangan pernah berfikir, nanti hidayah akan kita gapai lagi saat usia kita sudah tua. sekarang ayoo kita berhura-hura. ohhh TIDAK. saya yang bisa menjamin usia kita akan sepanjang jalan, akan selama usia piramida, jangan-jangan setelah baca ini kita terkapar dan tak bangun lagi (siapa tau). jadi, kenapa kita mesti menunda untuk mempertahankan hidayah?

bagi yang belum, kejarlah hidayah, jangan menunggu halte pemberhentian hati yang sepi, berjalanlah kejarlah ke halte yang ramai diisi oleh hati-hati yang terpaut karenaNya, bertanyalah kepada mereka, menunggulah sembari engkau bercerita dengan mereka, jangan hanya menunggu namun kamu tidak tahu apa tujuanmu. (intinya hidayah itu dicari, dikejar, bukan dinanti, karena yang pasti untuk kita nanti dan tak bisa kita hindari adalah kematian)

"Tuhan tak mungkin membiarkanmu sendirian setelah ia membawamu jauh dari sisiNya. ia pasti akan selalu menjaga kita dan berharap kita akan tersadar dengan rahmatNya agar kita kembali kepelukannya."

*tulisan ini hanya penghibur bagi jiwa-jiwa yang kadang sering mengeluh tentang apa arti kehidupan, yang menganggap letihnya hidup, yang menginginkan kedamaian hati. jenuh itu akan ada kalau kita menutup semua indra kita akan jeritan orang lain yang sedang membutuhkan kita. karena kita telah disibukkan dengan hal-hal yang hanya mengtasnamakan diri sendiri..

_9mei13_  belajar itu pada siapa saja, dengan apa saja,  dalam keadaan yang bagaimana saja dan dimana saja.
 
;