Selasa, 06 Mei 2014

IBADAH (Intensive Belajar Kita Dengan Allah) : Gara-Gara-Gigi



Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sore itu, aku dan dua orang temanku, Mala dan Iki memilih menikmati indahnya petang di sebuah kafe yang menyediakan menu khas dari jepang. Kebetulan pemiliknya adalah dosen kami. Sehingga berita tentang enaknya makanan yang disajikan pun tak luput dari pendengaran kami.

Namun, di sini kita tidak membahas tentang makanan yang bernama takoyaki, suzhi ataupun yang lainnya. Aku akan bercerita tentang saat-saat menuju ke kafe-saat di kafe dan pulangnya kami.

Sore itu, seperti biasa, pukul tujuh belas nol nol adalah jatahnya kami meninggalkan ruang TA sekaligus meninggalkan kampus tercinta dengan segala kenangan aktivitas yang membuat suka maupun duka. Aku, Mala dan Iki pun menuju ke tempat yang telah kami jadikan target.

Saat hampir sampai di tempat tujuan, tiba-tiba salah satu motor yang kami pakai, penginjak giginya copot. Lebih tepatnya bisa dibilang patah. Kami sempat panik. "Yaudah, jalan saja terus, tanggung udah gak jauh lagi kafenya. Pas sampai, barulah kita fikirkan solusinya." Ucapku, mencoba memberikan saran.

Pada saat sudah diparkirkan, dan motor sudah dimatikan, barulah kami tersadar. "Eh, itukan bergigi motornya, terus mana bisa dipindah-pindahin. Karena udah masuk gigi. Kalau di engkol pun tidak bisa, bisa-bisa nanti munclat motornya"

"Hah, iya juga ya. jadi bagaimana?"
"Iya ya, bagaimana"

Sejumlah pertanyaan memusingkan muncul diantara kami. Bengkel pun lumayan jauh dari kafe ini. Kemudian aku pun memutuskan untuk pergi survei  bengkel terdekat dengan Iki. Setelah melirik-kiri kanan, akhirnya kami menemukan bengkel yang hampir tutup. Kami pun curhat ke abang bengkel, dan ternyata abang bengkel tersebut menyerah. Beliau menolak membantu kami. (Sebenarnya, bukan nolak. Tapi karena di bengkel tersebut gak punya alat las).

Abang bengkel itu pun iba dengan curhatan kami, akhirnya beliau menunjukkan sebuah tempat yang sangat mahir dalam dunia las-menglas. (Ya iyalah, karena itu tempat membuat pagar, jeruji dsb. Jadi wajar punya alat las).

Kejadian di bengkel pun hampir terulang di tempat las. Tempat las itu pun hampir tutup. Namun, curhatan kami mampu meluluhkan abang tempat las itu. Kami pun janjian dengan abang las itu untuk kembali lagi membawa motor yang giginya copot tersebut.

Namun, kebingungan terjadi lagi.. "Waduh ki.. dorongnya ini bakalan capek juga ya. apalagi musti angkat-angkat lagi, gak bisa cuma sekedar didorong". Keluhku, membayangkan jauhnya perjalanan.

Iki pun hanya mengangguk. "ki, bentar ya. kakak ke sebelah bentar ya" perintahku pada gadis cantik itu.
Seketika, ide gila pun muncul. Aku melihat ada sebuah becak barang yang nganggur disebelah bengkel las. tak butuh waktu lama, aku pun menanyakan siapa pemilik becak barang itu. Ternyata empunyanya sedang di atas bangunan. beliau adalah tukang bangunan yang sedang menyelesaikan tugasnya di atas.

Kembali lagi. Aku pun mulai curhat dengan teman-teman tukang tersebut. Akhirnya, ada yang bersedia  membawa becak tersebut dan membuntuti kami sampai ke kafe tadi.

Sampai di sana, kami (aku, mala, iki, abang becak, dan seorang pekerja di kafe) pun mengeksekusi motor yang giginya telah patah itu untuk bisa naik ke atas becak. Cukup memakan waktu juga, dan para pengunjung yang telah memenuhi kafe pun ikut menyaksikan adegan itu (mungkin ada juga ya yang berdoa.. "Ya Allah, semoga mereka kuat" hha). Dan akhirnya setelah berhasil naik, si motor pun diikat agar tidak jatuh saat dibawa.

"Bang.. kami kembali lagi"
Abang ngelas itu pun membantu si abang becak menurunkan motor itu. Ternyata tak butuh waktu lebih dari sepuluh menit (dihitung dari waktu penurun si motor hingga ditangani oleh abang ngelas), gigi si motor akhirnya kembali terpasang. Dalam keheranan, kami pun tertawa sebelum kembali ke kafe setelah membayar ongkos si abang becak dan abang ngelas.


***
Mungkin cerita di atas agak simple biasa-biasa aja. Tapi, bagiku, itu sebuah pelajaran yang sedang Allah terangkan secara privat kepadaku, walaupun melalui motor temanku (karena aku tak punya motor, hanya menebeng dengan temanku).

1. Allah sengaja memerintahkan malaikat untuk membuat gigi motor patah
2. Kami heboh, pusing cari solusi
3. Padahal yang copot cuma giginya aja. Tapi, kenapa motor gak bisa menyala lagi? Gak bisa jalan lagi?
4. Tentang makna dosa yang kecil bisa membuat terhalangnya kebaikan atas diri kita
5. Kita langsung tahu, kemana harus membawa jika sudah begini. datang kepada yang Ahli

Aku mencoba mengambil point ke empat dan kelima. Point ini terasa #jlep banget bagiku. Dan aku merasakannya.
Aku selalu berdo'a pada Allah, jika aku salah tegurlah hamba di dunia atau azablah hamba di dunia saja langsung. Karena kalau di azab di akhirat itu pasti aku bakalan tidak sanggup. Bayangkan saja, sehari di sana berapa hari di dunia?

Oke. kembali ke gigi motor. ternyata yang patah hanya secuil bagian yang menghubungkan gigi motor dengan bagian motor tersebut. namun apa? saat motor di matikan, motor tersebut tak bisa dihidupkan. gigi yang sedari tadi dinaikkan tidak bisa diturunkan menjadi nol. Sehingga apa? motor tersebut tidak bisa dijalankan. Di dorong pun tidak bisa. Ya, cara satu-satunya adalah mesti diangkat.

Coba bayangkan, bagaimana jadinya bila kami harus menggotong motor tersebut bertiga. Dengan tenaga tiga orang wanita dan jarak tempuh sekitar 30 M dari kafe itu.

Begitulah Dosa. Inilah alasan kenapa mungkin saya telat menyelesaikan kuliah, harus merasakan mengulang mata kuliah berkali-kali, tersibukkan dengan rutinitas yang melalaikan dan tak ada maknanya. Padahal bisa saja waktu itu saya manfaatkan untuk menyelesaikan tugas-tugas saya. Namun apa? Yah, itulah gara-gara dosa yang saya perbuat, sehingga Allah mengabulkan do'a saya untuk menghukum saya di dunia.

Kalau sudah begini, kemana harus saya bawa diri saya? Mengadu pada banyak orang? Mengeluh atau meratapi nasib saya di sosial media agar ada orang yang simpati pada saya? Oh tidaakkk. Itu bukanlah gaya saya. itu bukan cara saya. Saya lebih memilih memendamnya saja. Jikalaupun saya tidak sanggup, maka saya akan menulisnya pada secarik kertas kemudian saya membakarnya ataupun membiarkan kertas tersebut bermain dengan butiran air yang telah menyatu pada serat-serat kertas hingga tulisan pada kertas itu tak terbaca karena luntur.

Apakah hanya itu saja? Tidak. Saya sadar, Cara terbaik daripada sekedar mengadu ataupun mengeluh kepada manusia adalah mengadu kepada DIA yang memberikan kita hukuman.

Contohnya begini, karena saya sedang TA. Maka saya akan mencontohkan pada kehidupan terdekat saya dan teman-teman yang juga merasakan ini (untuk teman-teman fakultas lain, anggap saja sama).

Di mata kuliah Tugas Akhir, telah ditetapkan seorang dosen sebagai koordinator studio tugas akhir. Kita adalah mahasiswa tugas akhir. Setiap mahasiswa tugas akhir, diberikan dua orang pembimbing yang berhak ditemuinya sesuai waktu yang disepakati.

Mungkin bagi mereka yang ditakdirkan lancar-lancar saja tugas akhirnya, maka tak perlu harus mengemis kasih kepada koordinator (bukan berarti yang lancar-lancar saja tak memiliki dosa, namun saya tidak ingin membahas dosa orang lain. biarlah itu urusan dia dengan NYA). Namun, dengan bermasalahlah kita tahu kemana harus mengadu.

Kalau kita tidak mau mengadu, masalah kita pada koordinator perihal kendala kita menyelesaikan TA, maka si koordinator tak akan pernah tahu cerita dari kita. walaupun beliau tahu tentang kita, karena keluhan dosen pembimbing maupun yang lainnya. Namun, ya sudah. Jangan salahkan jika Koordinator akan cuek-cuek saja, karena kita yang bermasalah tak mau curhat (istlah enaknya) ke beliau. Kemudian saat koordinator membuat kebijakan yang emmpersulit kita, barulah kita mendekat kepada beliau. Sebenarnya itu, adalah cara koordinator untuk meminta kita suntuk menyampaikan apa kendala kita agar beliau bisa membantu.

Nah, begitu juga kita. Saat kita melakukan dosa, kemudian Allah menghambat kebaikan atas diri kita, sebenarnya agar kita datang kepadaNya. Karena kalau Allah tak menghambat kebaikan atas kita, tidak memberikan kita cobaan, maka kita akan terlena, dan terbuai bahkan terjerumus ke dosa-dosa selanjutnya. Karena kita telah terbiasa dengan dosa-dosa yang telah kita buat terdahulu.

IA tahu, kita dalam masalah, terhambat segala urusan kita. Karena apa? karena beliaulah yang telah mengatur segalanya. Namun, sudah begitu pun kita enggan datang dan memohon ampun kepadaNya. Bahkan kita malah mengutuk Allah. "Allah gak adil. Allah tega. Kenapa dia gini aku kok gitu. Kenapa harus aku yang begini. (Na'uzubillahiminzhalik. Semoga kita tidak begitu *cobabertanya pada hati) dll". Padahal kitalah yang sangat angkuh. Sok hebat dengan dosa-dosa kita. Sudah berdosa, diberikan cobaan supaya kita menghadap kepadaNya, malah kita sibuk mencari solusi lain.

Syukur-syukur Allah tidak membuat kebijakan untuk menghentikan nafas kita. Agar kita tidak lagi berbuat dosa dan tidak sok tak berdosa. Allah cuma mengambat sedikit saja kebaikan. Dan kalau saja kita paham, bagaimana cara membuka hambatan itu dengan menemui IA yang menghambat dan memohon ampun, maka mudah saja bagi IA untuk menyingkirkan hambatan itu. Karena apa? karena kita telah mengakui salah kita dan mendekatkan diri selalu kepada IA yang bukan sekedar sang koordinator kehidupan tetapi Arsiteknya Bumi dan Langit serta segala isinya. Ialah Allah SWT.

NB : Ada tiga cara Allah mengabulkan do'a kita
1. Allah langsung mengabulkannya
2. Allah menunda do'a kita
3. Allah menggantikan isi do'a kita dengan sesuatu yang terbaik menurutNya.

Sehingga, Selalulah berprsangka baik kepadaNya. Karena, Allah bergantung pada prasangka hambaNya, kepadaNya. (Bersyukurlah atas apa yang telah Allah tetapkan kepada kita, Karena jika tidak, maka Azabnya begitu pedih)

Mohon maaf jika ada salah kata, maupun interaksi husna yang menyakiti  teman-teman, Jangan biarkan gara-gara ada hati yang tersakiti, Membuat Allah menghambat kebaikan kepada Husna. Jadi mohon dimaafkan ya. (Ya Allah, Aku tak sanggup bila Engkau mengazabku di neraka atas salahku. Jika Engkau perkenankan hukumlah saya di dunia. Bila dengan tertundanya ku menyelesaikan kuliah, adalah jalan terbaik untuk menggugurkan dosa-dosaku, maka aku ikhlas melaluinya. Walaupun harus menerima cibiran dari orang-orang. Karena aku yakin, itu tidaklah begitu menyakitkan dari pada azabmu di neraka. Dan izinkan aku menjadikan Engkau sebagai tempat curhatku. Aamiin)

#Masalahdansikapmelaluimasalahadalahpembedaantarakita.Inilahakudengansegalakekuranganku.

3 komentar:

Azhar Penulis mengatakan...

Mudah-mudahan TA-nya dimudahkan, dan ada hikmah yang menanti-nanti Husna segera, yaa ? aamiin. :-)

Unknown mengatakan...

semua di dunia ini mengandung hikmah meski itu setetes..

Husna Right mengatakan...

Bang Azhar : Aamiin. Makasih do'anya
Rizka : Ia. semoga kita termasuk yang bisa mengambil hikmah

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;