Kamis, 26 Juni 2014 0 komentar

IBADAH (Intensive Belajar Kita Dengan Allah) : Binatang Tepian

Subhanallah.. Lagi-lagi Allah mengajarkanku dengan lembut namun tegas. Ia tidak pernah meninggalkan hambaNya sedetik pun, bahkan seper second sekalipun. Walaupun secara WujudNya kita tidak mampu melihat Kebesarannya, namun zatNya selalu mensibghah hati-hati kita. Yakinlah itu..

Entahlah, hari ini bisa dikatakan sedih ataupun bahagia. gemuruh gejolak dalam diri memang tidak dapat ku tepis begitu saja. Bahkan untuk melumat makanan pun aku tak kuasa rasanya, apalagi untuk membuang jauh segala yang ku lalui. Yah, Penyesalan datang selalu terlambat dan dibarengi dengan keluhan serta pernyataan menyalahkan. Namun, apalah hikmahnya?

Aku mencoba bangkit dari keterpurukan. Mencoba bertahan untuk tidak sedikit pun membiarkan air mata itu mengalir untuk hal-hal sepele yang memang merupakan kesalahanku. Namun, jika aku terlena, maka keterpurukan justru semakin menikamku.

Dalam diamku, aku sedang belajar untuk bertahan. Mengumpulkan sisa-sisa keberanian, agar aku mampu mengarungi kehidupan yang cuma tempat peristirahatan yang melenakan ini.

Dalam diamku, aku sedang belajar mengeja hikmah kedewasaan diri. Agar aku tidak salah dalam mengambil keputusan dalam menghibur diri.

Dalam diamku, aku sedang belajar memaknai apa itu emosi, frustasi dan kondisi yang kesemuanya itu bertubi-tubi menghadangku.
Rabu, 18 Juni 2014 0 komentar

IBADAH (Intensive Belajar Kita Dengan Allah) : Mulai Mengeja Hati

 


Tidak ada manusia yang hidup tanpa masalah. Karena jika tenang, bukanlah kehidupan yang mengajarkan kita pada kebaikan. Layaknya air yang tenang tanpa mengalir dan menerjang bebatuan yang cadas. Ia hanya akan menjadi air yang keruh dan berbau.

Sebenarnya tak pantas kita menamainya masalah. Ia bukan masalah. Itu adalah ujian dari Allah. Uji coba Allah terhadap penyempurnaan jiwa dan menghiasi potensi yang tersembunyi dalam diri manusia. untuk mengetahui seberapa angkuh kita dengan segala nikmat yang IA curahkan dan seberapa besar keimanan kita kepada sang pencipta.

”Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu dugaan)?Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu sebelum mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang benar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahui-Nya akan orang-orang yang berdusta.” [al-Ankabut: 2-3] 
Rabu, 11 Juni 2014 0 komentar

Cukup Sekali LDR



Dalam bayanganku kala itu, betapa serunya sistem itu. Aku sangat ingin punya pacar, namun aku sadar dalam islam tidak dibenarkan pacaran. Sehingga sampai saat itu tiba, aku tidak pernah pacaran. Aku ingin menyerahkan cinta dan perhatianku seutuhnya untuk seseorang yang benar-benar halal menerima semua itu. Senang rasanya, bila ada seseorang yang perhatian pada kita, mengirimkan kata-kata sayang, dan mengingatkan kita dengan kata-kata mesra. HmmmM.. Yah, itulah yang ku bayangkan dulu.

Semasa SMA, aku pernah berkeinginan untuk nikah muda dan menjalani masa-masa pacaran setelah nikah secara LDR alias Long Distance Relationship seperti yang pernah ku dengar dari sepupuku dan penjelasan yang ku dapatkan di buku yang pernah ku baca.



Dan, ternyata semua terijabah. Setahun selepas SMA, aku dilamar oleh Bang Andi. Beliau adalah seniorku dulu sewaktu SD. Saat aku kelas tiga, bang Andi kelas enam. Kebetulan, Ryan adiknya beliau adalah teman sekelasku waktu itu. Jadi, bisa dibilang aku dan suamiku sudah pernah kenal sebelumnya walaupun sekilas dan kebersamaan itu lenyap seiring perjalanan akademik ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
 
;