Rabu, 11 Juni 2014

Cukup Sekali LDR



Dalam bayanganku kala itu, betapa serunya sistem itu. Aku sangat ingin punya pacar, namun aku sadar dalam islam tidak dibenarkan pacaran. Sehingga sampai saat itu tiba, aku tidak pernah pacaran. Aku ingin menyerahkan cinta dan perhatianku seutuhnya untuk seseorang yang benar-benar halal menerima semua itu. Senang rasanya, bila ada seseorang yang perhatian pada kita, mengirimkan kata-kata sayang, dan mengingatkan kita dengan kata-kata mesra. HmmmM.. Yah, itulah yang ku bayangkan dulu.

Semasa SMA, aku pernah berkeinginan untuk nikah muda dan menjalani masa-masa pacaran setelah nikah secara LDR alias Long Distance Relationship seperti yang pernah ku dengar dari sepupuku dan penjelasan yang ku dapatkan di buku yang pernah ku baca.



Dan, ternyata semua terijabah. Setahun selepas SMA, aku dilamar oleh Bang Andi. Beliau adalah seniorku dulu sewaktu SD. Saat aku kelas tiga, bang Andi kelas enam. Kebetulan, Ryan adiknya beliau adalah teman sekelasku waktu itu. Jadi, bisa dibilang aku dan suamiku sudah pernah kenal sebelumnya walaupun sekilas dan kebersamaan itu lenyap seiring perjalanan akademik ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Seminggu sebelum keberangkatanku ke Banda Aceh untuk melanjutkan kuliah di sana, tak sengaja untuk pertama kalinya selepas aku lulus SD, aku pun berjumpa dengan bang Andi saat sama-sama sedang belanja di pasar. Hanya tegur sapa, dan saling mengingat satu sama lain disebabkan adanya perubahan fisik. Setelah itu, tidak ada komunikasi yang intens antara kami, karena aku menganggapnya biasa-biasa saja.

Namun, saat aku sedang sibuk-sibuknya midterm, Ayah pun menghubungiku berkali-kali. Aku tidak menjawab. Usai midterm, barulah aku menghubungi kembali Ayah.

“Rei, kalau ada yang ngelamar kamu, kamu sudah siap ,nak?” itu pertanyaan Ayah yang sangat mengacaukan fikiranku selama seminggu.

Ayah pun menceritakan bahwa ada seorang seniorku dulu datang ke rumah dengan maksud melamarku. Namanya Andi Rifki Arsyaf. Ia memberikan aku waktu untuk menjawab Cuma seminggu. Dan semuanya berlalu sangat cepat. Dua bulan kemudian, aku pun resmi menikah dengan bang Andi. Semua persiapan pernikahanku ku serahkan pada ibu. Karena saat itu, padat-padatnya jadwal kuliahku. Aku sengaja tidak mengambil cuti, karena aku sudah berkomitmen untuk menyelesaikan kuliahku secepat mungkin apapun yang terjadi. Dan pihak keluargaku dan beliau pun mendukung keputusanku.

Bang Andi pun ikut serta dengan ku tinggal di Banda Aceh. Aku sangat senang, sudah ada seseorang yang selalu ingin ku temui saat pulang kuliah, ada yang selalu memberikanku kejutan-kejutan kecil yang membuatku bahagia. Hari-hariku mulai terisi cinta kepadanya.

Saat semua kebahagiaan sedang ku kecapi bersamanya, tiba-tiba bang Andi memberitahukanku ihwal kelulusannya melanjutkan S2. “Dik, abang lulus beasiswa S2 ke Jerman” Ucap bang Andi sambil menyodorkan selembar kertas yang bertuliskan namanya”

Aku tak mampu berkata apa-apa. Tiba-tiba saja air mata menyentuh bibirku. Bukankah saat-saat seperti ini yang dulu pernah ku impikan? Tapi, kenapa ada rasa sakit dalam hati. Kenapa ada rasa sedih dalam diri.

Ia pun memelukku hangat. “Lho, kenapa menangis dik? Abang kan pergi tidak lama. Kita bisa memanfaatkan segala teknologi untuk melepas kerinduan. Nanti, setelah abang menemukan rumah yang pas di sana, Abang akan membawa adik ikut ke sana, InsyaAllah. Adik ikhlas kan?” Ia mengusap air mataku yang terus mengalir.

Ikhlas? Aku tak menjawab pertanyaannya dengan kata-kata. Hanya anggukan yang mewakili perasaanku yang coba ku tutupi.

Perihal ini memang telah beliau ungkapkan di awal lamaran. Dan semua telah dipersiapkan sematang mungkin. Keberangkatan beliau ke Negrinya Hitler sudah di depan mata. Dan kini, tinggallah aku bersama kenangan bersamanya di rumah mungil kami.

***

Form Suamiku tersayang

Bersabarlah sayang, ini adalah ujian dari cinta kita. Titiplah segala cinta dan rindu kita padaNya, agar rasa cinta kita terus terjaga walaupun jarak terpisahkan. Abang mencintaimu

Kini aku tersadar, seromantis-romantisnya kisah cinta adalah saat kita selalu bersama dengan pasangan, walaupun terjadi gesekan dalam rumah tangga, itu adalah bumbu-bumbu penyedap hubungan kita. Cukuplah sekali saja LDR, sebab aku ingin selalu bersamamu di sini.

HmmM.. ketika rasa rindu datang membuncah, ingin rasanya menyewa pintu Doraemon agar jarak itu tak terasa jauh. Aku sadar, itu tak mungkin. Namun, biarlah rindu ini ku tabung seperti pesanmu, sayang. Semangat menempuh study di sana sayang, dan aku pun bersungguh-sungguh menyelesaikan studyku di sini. Agar liburan nanti aku bisa menyusulmu ke sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;