Rabu, 18 Juni 2014

IBADAH (Intensive Belajar Kita Dengan Allah) : Mulai Mengeja Hati

 


Tidak ada manusia yang hidup tanpa masalah. Karena jika tenang, bukanlah kehidupan yang mengajarkan kita pada kebaikan. Layaknya air yang tenang tanpa mengalir dan menerjang bebatuan yang cadas. Ia hanya akan menjadi air yang keruh dan berbau.

Sebenarnya tak pantas kita menamainya masalah. Ia bukan masalah. Itu adalah ujian dari Allah. Uji coba Allah terhadap penyempurnaan jiwa dan menghiasi potensi yang tersembunyi dalam diri manusia. untuk mengetahui seberapa angkuh kita dengan segala nikmat yang IA curahkan dan seberapa besar keimanan kita kepada sang pencipta.

”Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu dugaan)?Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu sebelum mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang benar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahui-Nya akan orang-orang yang berdusta.” [al-Ankabut: 2-3] 


Lisan mungkin mampu mengatakan cinta kepada Al-Baqiy, Namun apa? semua itu pupus dan sirna saat hati tak mampu mengkoneksikan apa yang lisan ucapankan menjadi sebuah tindakan. Hingga Allah menyadarkan kita dengan ujiannya.
Bersyukurlah, jika ujian sedang berada menyertaimu. Itu pertanda Al-Wakiil sedang memeliharamu dan ingin mendekapmu mesra. Hanya saja terkadang kita terlalu berburuk sangka dan menyalahkan takdirnya dengan mengatasnamakan murkanya. Padahal dalam 99 AsmaNya tidak ada sebutan IA maha murka.

Lantas, masihkah hati ini keras dan membatu? Sedangkan ujian dari Al-Lathiif telah datang menemui kita. Dimana hati-hati yang lembut itu bersemayam? Bagaimana kata-kata cinta kepadaNya bisa sampai ke relung-relung jiwa?

Seandainya, berandai-andai diperbolehkan. Mungkin saja Allah tega menenggelamkan kita dalam kotoran dosa yang mengulat belatung kemudian menyucikan kita kembali dengan sifat 'Afuuw dan Ghaffurnya IA.

Sampai kapan hati ini terus merasa benar? Letakkanlah tangan di dada. Tanyakan pada jiwa yang masih ada dalam jasad, harus sekencang dan sekuat apa ujian yang harus IA hempaskan kepada kita, agar kita bisa membuktikan kita bukanlah pendusta seperti orang-orang terdahulu yang tercantum dalam Al-Ankabut?

Usahlah mengeluh! Karena keluhan yang kerap terumbar tak mampu mengubah keadaan. Tapi, Bercintalah denganNYA, sambutlah kedatanganNYA di sepertiga malam. Di saat banyak yang terbuai karena selimut malam yang lebih empuk, justru kita mampu mempersiapkan diri menemui sang kekasih yang rindu kepada kita dengan mengirimkan ujian agar kita merintih hanya kepada IA.Menangislah, luahkanlah air mata kita itu di hadapanNYA. Cukup dihadapanNYA saja, dan biarkan yang lain menilai kita sebagai insan yang kuat dan tak pernah disapa masalah.

Wallahua'lambissawwab..

Belajar Bahasa Hati dari sebongkol JAHE
_HaLiYa_
Banda Aceh, Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;