Alangkah bersyukurnya saat melakukan perjalanan kita
memeiliki teman-teman seperjalan yang senantiasa mengingatkan kita akan kewajiban
sehari-hari , meskipun dalam perjalanan. Yah, itu juga adalah karunia Allah
yang tidak ternilai dengan banyaknya harta yang kita punya Bayangkan saja, saat
melakukan perjalanan panjang kita bersama orang-orang yang selalu merokok,
memfitnah, mengadu domba, pemarah dan hal-hal lainnya. Sudah pastilah
perjalanan panjang itu terasa membosankan dan tak ada arti apa-apa selain kata,
‘Menyesallah bepergian dengan si fulan atau fulanah itu.’
Saya teringat akan teman-teman Jaulah Amal Selatan
Thailand silam. Alhamdulillah betapa beruntungnya saya dapat kembali bergabung
dengan mereka orang-orang yang sangat bersemangat dan konsisten dalam melakukan
kebaikan-kebaikan. Sebelum bertolak dari USJ, Kuala Lumpur, Kak Mija sebagai
Leader perjalanan kami, memperingatkan untuk melakukan shalat sunnah sebelum
bermusafir, bermunajat kepada Allah untuk meridhoi perjalanan ini. Di rest area
pun kita sengaja berhenti untuk menyempatkan diri shalat dhuha. Di dalam mobil
pun, alunan al-ma’tsurat pagi ataupun petang juga kita wiridkan. Bahkan
malam-malam yang kami lalui pun adalah mereka yang senantiasa bangun di
sepertiga malam. Sehingga saya betul-betul merasakan keberkahan yang luar biasa
ketika melakuakan perjalanan ini, inilah tim cinta ilahi yang tak mungkin saya
lupakan.
Sesampainya kami di Betong, semua akses internet kami
mati. Roaminglah semua kartu selular. Dua hari kami berkegiatan di daerah Betong, Yala dan Narathiwat, dua hari itu pula kami tidak bisa berkomunikasi dengan pihak
keluarga, apalagi untuk mengapdet perkembangan informasi yang kami dapatkan
selama di sana. Di tempat kami menginap pun tidak tersedianya wifi. Wifi hanya
kami dapat saat berkunjung ke kantor Abee Ismaea. Beliau sangat faham dan
memberikan kesempatan kepada kami untuk menikmati faslitas wifi.
Yah, bagaikan ikan
yang terdampar di pasir, megap-megap menahan rindu dengan dunia luar, itulah sedikit rasa
yang kami rasakan. Seperti mendapatkan setetes air walaupun sekejap mampulah
untuk bertahan. Kamipun tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memberikan
informasi kepada family dan teman-teman bahwa kami baik-baik saja di Selatan
Thailand. Dan selepas dari kantor tersebut kami kembali lagi bak ikan yang
merindukan air.
Perjalanan pun kita lanjutkan ke Darul Aitam. Setelah
shalat Magrib di Mesjid Kresik, Mesjid yang menjadi saksi pembanaian,
penembakan, pembunuhan dan pengeboman ribuan umat muslim di Pattani, kami pun
melanjutkan dengan jamuan makan malam yang tidak jauh dari mesjid tersebut.
Mesjid Kresik, Saksi Syahidnya Umat Muslim |
Sambil-sambil menunggu datangnya makanan, kami pun
mendengarkan kisah-kisah penindasan muslim di Pattani oleh Kak Misbah. Bagaimana
kisah berdarahnya jamaah shalat yang dibombardir dengan peluru saat mereka
sedang menunaikan kewajibannya. Kami semua khusuk mendengarkan kisah tersebut,
sambil masing-masing memegang hanphone dan menuliskan beberapa informasi yang
kita peroleh dari penuturan kak Misbah. Yah, Begitulah mereka membumi hanguskan
kaum muslim.
Selesai makan, kita pun sempat singgah ke kios ponsel
untuk membeli kartu internet. Hanya kak Mija dan kak Zar yang beli, karena di ruang
pengelola pesantren Darul Aitam Wal Masakin juga ada wifi, namun tidak di Guest House. Sesampainya di tempat
penginapan,kita pun diingatkan agar tidak lupa membaca surat Al-kahfi di malam
jum’at. Namun yang terjadi adalah setelah kak Mija dan Kak Zar menghidupkan
hotspot melalui ponselnya, semua kami pun sibuk dengan Handphone masing-masing.
Maka tergelaklah kami malam itu, saat saya berceletuk, ‘Kita bukan pada Al-kahfi, Tapi Al-Kahfhone’. Walupun Al-kahfi
tetap kami tunaikan. Bahkan beberapa diantara kami sudah ber-Alkahfi.
Malam itu juga menjadi renungan atau introspeksi bagi
saya pribadi. Yah, di era yang serba canggih dengan teknologi ini, kita memang
akan dibuai dengan kenikmatan terhubung dengan dunia luar yang lebih luas. Sampai-sampai
apa yang kita peroleh dan perbuat harus segera kita bagikan. Dan kita akan
merasa resah dan susah apalbila koneksi itu terbutus. Sebentar saja kita tak
dapat sinyal, maka kita akan merasa gundah gulana. Makanya, jika kita tidak
pandai-pandai memenej waktu dan gadget kita, bisa-bisa yah, kita akan termasuk
orang-orang yang mendekati kata lalai.
Jum’at Mubarrak, Jom kita Al-Kahfi, bukan Al-Kahfhone.
Apalagi tidur dan berharap terbangun 309 tahun kemudian layaknya pemuda
Al-kahfi. Terus bersyukur memiliki orang-orang yang selalu menasihatimu dalam
kebaikan.
Barang
siapa membaca surat Al-kahfi pada malam jum’at, maka dipancarkan cahaya
untuknya sejauh antara dirinya dan Ka’bah” (HR. Ad-Darimi)
3 komentar:
Terima kasih Allah untuk ruang ini dan hadiah memiliki sahabat soleh adalah rezeki yg tak mampu hamba dustakan. Terima kasih husna sudi menjafi peneman di jalan ini. ^_^
Husna.. love u lillahitaala abadan abada.
teringat pula masa misbah duk bercerita, pastu husna tertumpah air... haha.
Posting Komentar
Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)