Kamis, 31 Maret 2016

Al-Kahfi Vs Al-Kahfhone

Alangkah bersyukurnya saat melakukan perjalanan kita memeiliki teman-teman seperjalan yang senantiasa mengingatkan kita akan kewajiban sehari-hari , meskipun dalam perjalanan. Yah, itu juga adalah karunia Allah yang tidak ternilai dengan banyaknya harta yang kita punya Bayangkan saja, saat melakukan perjalanan panjang kita bersama orang-orang yang selalu merokok, memfitnah, mengadu domba, pemarah dan hal-hal lainnya. Sudah pastilah perjalanan panjang itu terasa membosankan dan tak ada arti apa-apa selain kata, ‘Menyesallah bepergian dengan si fulan atau fulanah itu.’

Saya teringat akan teman-teman Jaulah Amal Selatan Thailand silam. Alhamdulillah betapa beruntungnya saya dapat kembali bergabung dengan mereka orang-orang yang sangat bersemangat dan konsisten dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Sebelum bertolak dari USJ, Kuala Lumpur, Kak Mija sebagai Leader perjalanan kami, memperingatkan untuk melakukan shalat sunnah sebelum bermusafir, bermunajat kepada Allah untuk meridhoi perjalanan ini. Di rest area pun kita sengaja berhenti untuk menyempatkan diri shalat dhuha. Di dalam mobil pun, alunan al-ma’tsurat pagi ataupun petang juga kita wiridkan. Bahkan malam-malam yang kami lalui pun adalah mereka yang senantiasa bangun di sepertiga malam. Sehingga saya betul-betul merasakan keberkahan yang luar biasa ketika melakuakan perjalanan ini, inilah tim cinta ilahi yang tak mungkin saya lupakan.

Sesampainya kami di Betong, semua akses internet kami mati. Roaminglah semua kartu selular. Dua hari kami berkegiatan di daerah Betong, Yala dan Narathiwat, dua hari itu pula kami tidak bisa berkomunikasi dengan pihak keluarga, apalagi untuk mengapdet perkembangan informasi yang kami dapatkan selama di sana. Di tempat kami menginap pun tidak tersedianya wifi. Wifi hanya kami dapat saat berkunjung ke kantor Abee Ismaea. Beliau sangat faham dan memberikan kesempatan kepada kami untuk menikmati faslitas wifi.

Yah, bagaikan  ikan yang terdampar di pasir, megap-megap menahan  rindu dengan dunia luar, itulah sedikit rasa yang kami rasakan. Seperti mendapatkan setetes air walaupun sekejap mampulah untuk bertahan. Kamipun tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memberikan informasi kepada family dan teman-teman bahwa kami baik-baik saja di Selatan Thailand. Dan selepas dari kantor tersebut kami kembali lagi bak ikan yang merindukan air.

Perjalanan pun kita lanjutkan ke Darul Aitam. Setelah shalat Magrib di Mesjid Kresik, Mesjid yang menjadi saksi pembanaian, penembakan, pembunuhan dan pengeboman ribuan umat muslim di Pattani, kami pun melanjutkan dengan jamuan makan malam yang tidak jauh dari mesjid tersebut.
Mesjid Kresik, Saksi Syahidnya Umat Muslim
Sambil-sambil menunggu datangnya makanan, kami pun mendengarkan kisah-kisah penindasan muslim di Pattani oleh Kak Misbah. Bagaimana kisah berdarahnya jamaah shalat yang dibombardir dengan peluru saat mereka sedang menunaikan kewajibannya. Kami semua khusuk mendengarkan kisah tersebut, sambil masing-masing memegang hanphone dan menuliskan beberapa informasi yang kita peroleh dari penuturan kak Misbah. Yah, Begitulah mereka membumi hanguskan kaum muslim.

Selesai makan, kita pun sempat singgah ke kios ponsel untuk membeli kartu internet. Hanya kak Mija dan kak Zar yang beli, karena di ruang pengelola pesantren Darul Aitam Wal Masakin juga ada wifi, namun tidak di Guest House. Sesampainya di tempat penginapan,kita pun diingatkan agar tidak lupa membaca surat Al-kahfi di malam jum’at. Namun yang terjadi adalah setelah kak Mija dan Kak Zar menghidupkan hotspot melalui ponselnya, semua kami pun sibuk dengan Handphone masing-masing.

Maka tergelaklah kami malam  itu, saat saya berceletuk, ‘Kita bukan  pada Al-kahfi, Tapi Al-Kahfhone’. Walupun Al-kahfi tetap kami tunaikan. Bahkan beberapa diantara kami sudah ber-Alkahfi.

Malam itu juga menjadi renungan atau introspeksi bagi saya pribadi. Yah, di era yang serba canggih dengan teknologi ini, kita memang akan dibuai dengan kenikmatan terhubung dengan dunia luar yang lebih luas. Sampai-sampai apa yang kita peroleh dan perbuat harus segera kita bagikan. Dan kita akan merasa resah dan susah apalbila koneksi itu terbutus. Sebentar saja kita tak dapat sinyal, maka kita akan merasa gundah gulana. Makanya, jika kita tidak pandai-pandai memenej waktu dan gadget kita, bisa-bisa yah, kita akan termasuk orang-orang yang mendekati kata lalai.

Jum’at Mubarrak, Jom kita Al-Kahfi, bukan Al-Kahfhone. Apalagi tidur dan berharap terbangun 309 tahun kemudian layaknya pemuda Al-kahfi. Terus bersyukur memiliki orang-orang yang selalu menasihatimu dalam kebaikan.


Barang siapa membaca surat Al-kahfi pada malam jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dan Ka’bah” (HR. Ad-Darimi)

3 komentar:

Noor Zarina mengatakan...

Terima kasih Allah untuk ruang ini dan hadiah memiliki sahabat soleh adalah rezeki yg tak mampu hamba dustakan. Terima kasih husna sudi menjafi peneman di jalan ini. ^_^

Unknown mengatakan...

Husna.. love u lillahitaala abadan abada.

Idmalina Mohamad Ideris mengatakan...

teringat pula masa misbah duk bercerita, pastu husna tertumpah air... haha.

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;