Rabu, 05 Maret 2014

Surat Tuk Pak DI (Naskah Lama)



Kepada Yang Terhormat,
Menteri BUMN, Bapak Dahlan Iskan
di tempat

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Apa kabar bapak? Semoga Bapak dan keluarga senantiasa dalam berkah dan lindungan Allah SWT serta tetap sehat wal afiat. Perkenalkan pak, nama saya Husna Linda Yani. Biasa dipanggil Husna. Saya masih menyandang status mahasiswi jurusan Arsitektur Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh. 

Senang rasanya bisa berbalas surat dengan Bapak. Yang sedikit saya tau tentang bapak, kalau tidak salah dahulunya bapak adalah seorang jurnalis hebat. Mungkin itu tidak hanya dahulu, tapi juga sekarang. Kebetulan karena kebiasaan saya yang sesekali suka menulis namun bukanlah seorang jurnalis (hanya lebih fokus pada tulisan fiktif) sehingga teman-teman senior yang lebih jago menulis mengirimkan informasi menulis kepada saya tentang Menulis Surat untuk Bapak. Wah, benar-benar senang rasanya jika surat ini benar sampai kepada Bapak. Itu artinya terjalinnya silahturahim antara saya dan bapak dan juga yang mengantarkan surat ini serta orang-orang lain yang telah menjadi penghubung silaturrahim antara kita.

Jujur Pak, sebenarnya saya tidak terlalu mengenal siapakah sosok Bapak Dahlan Iskan. Maaf pak, mungkin itu karena status saya sebagai anak rantauan yang nge-kos. Sehingga jarang mengikuti perkembangan informasi di TV dan juga saya mahasiswi Arsitektur yang fokusnya selalu berkutat dengan kertas gambar dan seperangkat alat pendukungnya. Namun, akhir-akhir ini saya menyadari bahwa sosok Bapak sungguh terkenal dan telah menjadi inspirasi bagi banyak orang di Negeri ini.

Mulailah saya mencari biografi Bapak baik melalui Internet, grup-grup yang mengatasnamakan Bapak serta blog-blog yang memuat pemberitaan tentang Bapak. Tak cukup hanya itu, saya pun mulai mencari-cari sumber hidup yang telah mengenal bapak baik yang pro maupun tidak. Karena itu, saya memberanikan diri untuk memulai menulis surat ini.

Yah, ternyata Bapak adalah sosok pemimpin yang amat sangat  “ sederhana ”. Sederhana dalam menjadi sosok pemimpin, yang tidak segan-segan sering naik KRL maupun ojek untuk pergi ke gedung DPR walaupun sebenarnya Bapak mempunyai jabatan yang memberikan fasilitas. Yah, Bapak memang bisa bersikap sederhana dalam kehidupan sehari-hari. “Sederhana dalam berkesahajaan”.

Namun yang saya ketahui Bapak bukanlah sosok pemimpin yang sederhana dalam memecahkan masalah. Itu yang membuat saya sedikit demi sedikit mengagumi bapak. Kenapa saya berkata begitu? Karena kenyataannya begitu. Bapak mampu memberikan eksistensi yang lebih dalam setiap tugas yang Bapak emban dan juga pemikiran bapak tidak sesedarhana penampilan Bapak.

Sehingga wajar saja, jika orang-orang mengagumi bapak. Karena toh saya juga menjadi bagian dari orang-orang yang mengagumi Bapak karena kerja keras yang bapak lakukan.

Dikala Negeri ini mulai kehilangan kepercayaan atas sosok pemimpin, Bapak hadir bagai oase penyejuk di gurun gersang kepercayaan. Disaat kita kehilangan citra pemimpin yang merakyat, kini Bapak hadir dengan wibawa yang luar biasa dekat dengan rakyat. Saat semua menjerit, bapak yang mulai bergerak. Itulah kiasan yang tepat menggambarkan sosok seorang Dahlan Iskan.

Namun, apakah semua ini benar-benar murni suatu langkah perubahan baru untuk Negeri ini atau ini hanya sebuah pencitraan baik kepada tokoh dengan tujuan tertentu dibalik itu?. Wallahua’lam bissawwab.

Wahai Bapak Mentri, saya cuma seorang mahasiswi Teknik Arsitektur yang sangat awam dengan pendidikan politik. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi saya untuk mencoba memahami ranah politik. Bapak boleh menganggap gaya politik yang saya pahami ini sebagai gaya Politik anak Teknik. Jadi wajar kalau yang saya pahami salah, karena saya bukan dari Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) maupun Fakultas Hukum.

Susah memang untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memberi contoh dan serta mengayomi orang-orang yang dipimpinnya. Seperti halnya yang Rasulullah ajarkan. Sebelum beliau memerintahkan kita untuk melakukan shalat lima waktu, maka beliau pun mengerjakan itu bahkan beliau tak pernah absen menjadi imamnya (pemimpin), jika tidak ada alasan yang urgent.

Seperti inilah sosok pemimpin yang diimpikan oleh rakyat. Mungkin tak akan sesempurna beliau, tapi setidaknya sebelum melakukan hal itu, maka kitalah yang menjadi orang terdepan untuk menjalankan hal itu. Sehingga orang yang kita pimpin tidak merasa menjadi “pesuruh”.

Memang susah ya Pak untuk memimpin masyarakat Indonesia yang ratusan juta jiwa penduduknya. Kita harus bersama-sama membangun komunikasi untuk menyamakan tujuan yang kuat agar setiap masyarakat paham benar tentang pentingnya sebuah Negara.

Oh iya Pak, Saya ingin bertanya terkait isu yang saya dapat di media. Maaf jika saya lancang, namun sepertinya ini saat yang tepat bagi saya untuk menanyakan keganjalan yang ada. Apakah benar dibalik pencitraan yang begitu melambung terhadap Bapak, ada sesuatu atau lebih dari sesuatu tujuan terselubung yang merugikan rakyat Indonesia serta mengecewakan rakyat Indonesia tentunya.

Bukannya ingin berburuk sangka terhadap Bapak yang telah banyak memberikan perubahan dalam Negeri ini. Tapi, hanya mencoba mencari jawaban yang tepat langsung ke tokoh yang terkait. Dan dalam isu ini, memang ditujukan kepada Bapak.

Seperti isu yang beredar mengatakan bahwa Bapak sebagai Menteri BUMN telah memberikan kewenangan kepada Direksi BUMN untuk melakukan penjualan aset BUMN tanpa melalui persetujuan DPR. Yang seharusnya pelimpahan wewenang kepada direksi BUMN untuk melakukan penjualan aset BUMN tanpa melalui mekanisme legal akan melanggar pasal 24 ayat (5) UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara dan pasal 45 dan 46 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang mengatur bahwa penjualan aset BUMN harus melalui persetujuan dari DPR, Presiden, dan atau Menteri Keuangan, sesuai tingkat kewenangan masing-masing.

Bisa saja saya salah paham dengan berita ini, karena seperti yang saya katakana bahwa saya hanyalah seorang mahasiswi fakultas teknik. Tapi jika Bapak berkenan untuk meluruskannya kepada saya dan juga untuk semua masyarakat Indonesia. Pastinya kami semua akan lebih cerdas dalam menanggapi isu-isu miring tentang sosok Bapak yang sangat menginspirasi.   

Tetap sabar dan semangat ya Pak. Setiap kita melakukan suatu perubahan memang selalu saja ada isu-isu positif maupun negatif tentang yang kita lakukan. Namun itu semua lebih baik, dari pada kita tidak melakukan apa pun. Anggap saja Pak, itu semua sebagai penguat kita untuk bekerja lebih baik lagi untuk Negeri ini.

Satu statement Bapak yang saya kutip dari media tentang tawaran Gubernur Jawa Timur adalah “Saya menerima tawaran Gubernur Jatim itu dengan tiga syarat. Pertama: saya tidak mau digaji! Kedua: apa yang saya lakukan jangan diganggu. Ketiga: jangan berikan fasilitas apapun,” ucap Bapak waktu itu.

Wajar kalau Bapak menjadi tokoh yang menginspirasi. Semoga itu terus melekat dalam diri Bapak. Dan semoga dibalik semua kepercayaan yang telah Bapak raih, tiada unsur tersirat maupun tersurat yang dapat mengecewakan dan membuat rakyat menangis. Dan semoga di Aceh akan lahir banyak orang-orang yang tak kalah menginspirasi seperti Bapak.

Wallahua’lam bissawwab. Semoga suatu hari saya dan Bapak bisa berbalas surat kembali atau saya bisa berjumpa dan belajar banyak hal dengan Bapak. Mohon Do’akan saya juga Pak, untuk menjadi mahasiswi yang dapat mengemban Tri Darma Perguruan Tinggi. Selamat Berjuang Bapak.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu

Banda Aceh, 30 April 2012
Salam Hormat,
Husna Linda Yani, Mahasiswi Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH),
Banda Aceh
Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam lomba surat untuk Pak DI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;