Jumat, 08 November 2013

#TulisanJadul Pemberani diluar dan didalam rumah (Antologi 1)



  13 Des 2010 

Pemberani diluar dan didalam rumah
“Dirumah sendirian lebih menyeramkan dari pada disuruh berkeliaran diluar rumah malam-malam”.
 
Yah, itulah yang sering kukatakan dulu pada ibu jika ibu hendak meninggalkanku sendirian dirumah. Walaupun hanya sekedar kerumah tetangga sebelah sebentar. Aku sangat paranoid jika dirumah sendirian, apalagi malam hari. Aku sering keluar ruamah malam hari untuk mengaji sendirian disurau karena sewaktu SMP. Ibu kadang hanya bisa tersenyum saja melihat tingkahku ini. padahal sehari-hari aku sangat tomboy dan pemberani dikeluargaku. Namun jika dibandingkan dengan adikku yang masih berusia Sembilan tahun aku sangat kalah berani jika harus ditinggal sendirian dirumah.  

Aku begitu dulu bukanlah tanpa sebabnya. Hanya karena Rumahku ini saja. Rumah dimana aku lahir dan tumbuh kembang dengan segala rekaman memori. Rumah yang secara kasat mata sama saja seperti rumah-rumah umumnya. Rumah dengan ruangan-ruangan yang tersekat-sekat sedemikian rupa berdasarkan fungsinya masing-masing sehingga menjadi fasad yang menarik. Namun, rumah ini begitu menyeramkan bagiku sejak aku duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) kelas satu SMA.

Waktu itu seperti biasa aku dijemput oleh temanku untuk pergi mengaji disurau dekat rumahku.  Sewaktu aku hendak pergi kesurau dengan temanku tiba-tiba Ayah pulang dengan wajah sumringahnya sambil menjinjing kamera baru yang baru dibeli Ayah.

“wah bagus sekali yah kameranya”. Ujarku kagum sambil mengelus-elus kamera itu.

“yah aku ingin diphoto dong yah” sambil merayu Ayah.

Kebetulan kakakku sedang tidak ada dirumah. Lalu Ayah mengajak aku dan temanku untuk photo ditaman depan rumah. Ibu tidak ikut photo-photo dengan kami karena sedang menyiapkan makan siang buat Ayah.

Usai photo-photo aku dan temanku menyalami Ayah dan pamitan pergi kesurau. Selang beberapa minggu setelah kami photo-photo itu. Saat kami sekeluarga sedang asyik menonton di ruang tengah. Aku yang duduk tepat mengarah ke pintu ruang tamu itu tak sengaja melihat kearah luar jendela ruang tamu. Tepat ditaman depan rumah tempat kami photo-photo saat itu berdiri dua sosok bernuansa putih melambaikan tangan seperti mengajak kearahku. Sontak saja aku sangat terkejut. Namun aku tidak menjerit. Aku hanya pindah posisi duduk. Setelah lima menit rasa penasaranku muncul sehingga aku kembali keposisi awal tadi dan melihat keluar jendela yang kebetulan gordennya belum diturunkan. Dan sosok itu masih tetap berada disana memanggilku. Aku pindah dan balik lagi diposisi awal sampai beberapa kali sehingga Ayah dan yang lain merasa sangat terganggu dengan ulahku itu.

“La, kenapa sich nak mondar-mandir mulu kayak orang ketakutan gitu?” Tanya Ayah.

“Gak, gak ada apa-apa kok yah”. Sambil berjalan untuk duduk disebelah ibu.

Aku tidak berani menceritakan semua itu kepada semuanya. Karena saat itu aku masih tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti itu. kupikir jika langsung menceritakan akan semakin membuatku takut dan menanamkan pada diri bahwa itu benar-benar ada. Jadi biarlah kalau memang tiba saatnya akan kuceritakan.

Setelah kejadiaan itu, aku makin sering mengalami hal-hal yang “aneh” dirumahku seperti waktu saat tidur sering ditindih atau ditimpa, terus waktu aku SMP kelas 1 aku melihat sosok yang bewarna hitam dengan bau anyir yang sangat menyegat di hidungku berada tepat didepan pintu kamarku sambil mengibas-ngibas seprei kasurku. Kebetulan waktu itu pertama kalinya aku tidur sendirian karena kakakku yang biasanya menemaniku baru saja berangkat keluar kota untuk kuliah dan menetap disana. Yah, jadilah aku penghuni kamar ini sendirian. Sedangkan adikku yang masih berumur lima tahun itu masih tidur bersama Ibu dan Ayah.

Malam itu aku tidur lebih awal dari biasanya karena sangat kelelahan setelah mengikuti beragam aktivitas intra dan ekstraschool seharian. Ibu dan adikku masih asyik menonton diruang keluarga sambil menunggu Ayah pulang lembur malam ini. Aku sangat lelap tertidur. Tiba-tiba sekitar pukul 11.30 aku terbangun. Kudengar langkah kaki ibu membuka pintu karena Ayah pulang. Dan mereka duduk diruang makan yang tidak jauh dari kamarku.

Saat itu aku masih dalam kondisi setengah sadar dan ingin bangun keruang makan ngumpul ma ibu dan ayah. Tapi sewaktu aku berbalik badan karena tadi posisiku membelakangi pintu, aku terkejut karena didepan pintu telah berdiri sosok yang sangat menyeramkan itu. Bau anyir yang bersumber dari sosok itu sungguh ingin muntah ku dibuatnya. Ditambah lagi dengan dia menggibas-ngibas seprei tempat tidurku semakin membuatku mual dan didera ketakutan yang mendalam. Segala jenis doa telah kurapalkan dalam hati. Yah hanya bisa dalam hati. Aku ingin sekali menjerit memanggil ayah dan ibu yang masih diruang makan. Namun pita suara ini seakan terkunci rapat untuk melakukan itu semua.. aku terus dan terus berdo’a, semoga saja ini hanya mimpi. Aku kuatkan niat untuk tidak takut dan segera bangkit keluar. Dengan sedikit memaksakan diri sambil merapalkan doa-doa aku mengucapkan “bismillahirrahmanirrahim”. Akhirnya aku bisa bangkit dan segera menerobos membuka pintu dan berlari ke pelukan ibu. Ibu sangat terkejut melihatku yang menangis tersendat-sendat begitu.

“Lila, kenapa nak.. kenapa kamu nangis begitu?” Tanya ibu khawatir.

“Iya la, kenapa?” Tanya ayah ikut khawatir.

“Lila ta aa kuuut bu, lila ta aa kut yah”. Kata ku terbata-bata sambil memeluk ibu erat.

“Iya lila takut apa nak?”. Tanya ayah kembali.

Aku menceritakan semua kejadian itu pada ayah dan ibu malam itu juga. Aku takut tidur sendirian. Dan akhirnya malam itu aku tidur ditemani oleh ibu. Aku memegang tangan ibu erat-erat, sambil terus merapalkan do’a-do’a yang telah diajarkan padaku.

Esoknya aku pun masih ketakutan dan menceritakan kejadian sewaktu SD itu pada Ayah dan Ibu. Ibu dan Ayah sangat khawatir itu akan menggangu psikologiku. Dan akhirnya ayah membawaku ketempat ustaz yang bisa meng-Ruqyah. Walaupun telah diruqyah tetap saja aku masih sering merasakan hal-hal seperti itu.

Tapi kini karena sudah terbiasa melihat kejadian seperti diatas itu, aku tidak begitu takut lagi. karena kata Ayah kalau kita takut maka dia akan semakin menakut-nakuti kita. lagian mungkin dia juga sudah bosan dialamnya makanya hadir dialamku (itu hanya sekedar untuk menyemangati). Toh, dia juga ciptaan Allah. Sudah selayaknya kita mengakui keberadaannya tanpa menimbulkan sarat syirik ataupun sejenisnya dihati..Alhamdulillah sekarng aku pun telah lama tidak mengalami hal-hal aneh itu lagi.. Aku sangat bersyukur bisa merasakan hal yang tidak mungkin sama dirasakan oleh orang lain, yang telah membuatku menjadi pemberani didalam rumah ataupun diluar rumah (red: berani dalam artian positif).       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;