Rabu, 23 Januari 2013

Pohon dan Hewan Peliharaan (di JaKarTa)

seng-iseng,,, gara-gara liat banjir dan kondisi pohonnya *lihat yang dari udara



“Maafkan aku Hewan, saat banjir mendesak tuk mengunjungi Jakarta, aku tak bisa menghalaunya, sehingga banyak dari golonganmu yang menderita” Ucap si Pohon Lirih dengan agak berbisik kepada hewan yang berada didekatnya.”

“Tidak apa-apa pohon, kami tidak akan marah kepadamu, karena aku tau kau telah bekerja keras untuk menyelamatkan kita semua. Sekarang kan jumlahmu sudah sangat sedikit, dan kami pun tak sampai hati untuk memaksamu bekerja lebih.” Bisik si hewan.

Hewan tak ingin membuat sipohon merasa sedih atas ketidakmampuannya mengatasi banjir seperti ini. si hewan pun mengetahui bahwa kondisi keluarga pohon akhir-akhir ini sedang dalam rasa was-was. Dikarenakan setiap harinya, ada saja berita pembantaian dan  penculikan bibit-bibit pohon secara kejam yang dilakukan manusia.

“walau bagaimana pun seharusnya kami harus mampu meredam ini” keluh si pohon yang merasa bahwa kini ia dan keluarganya tidak bisa lagi melindungi bumi.

Tanpa mereka sadari tiba-tiba massa banjir datang dari hulu dengan tenaga yang luar biasa. satu persatu daun dan rantingnya pohon tersobek dan patah diterobos oleh banjir yang datang begitu cepat dengan masanya yang tak terperikan tersebut. Pohon semakin terombang-ambing dibuatnya.

“ Awas wan,,,, ayo raihlah rantingku ini,, segeralah kamu naik ke atasku” teriak pohon

“aku tidak kuat lagi, aku kedinginan dan tidak bisa bernafas” ucap si hewan yang timbul tenggelam didalam arus masa banjir.

“tidak!!! Kau harus bertahan teman. Aku akan coba meraihmu. Bertahanlah!”

Pohon berusaha mengayun-ayunkan rantingnya yang telah terjebak dalam kerumunan banjir untuk menyelamatkan si hewan. Namun usahanya itu tidak cukup kuat dan besar karena gulungan banjir yang dengan gaya premannya itu sesekali menghalaunya untuk menemukan keberadaan si hewan yang semakin luput dari pantauan pohon.

Dan ternyata, si hewan tersebut sudah terseret arus. “TIDAKKKK! Lagi-lagi aku lemah, tidak berguna. Bahkan aku tidak bisa menyelamatkan teman yang sedari tadi di sampingku.arrrrggghhh.” gerutu hewan sambil menyesali kelemahannya.

Satu-persatu mayat hewan-hewan dibawa banjir itu melintasi dihadapannya. Pohon mulai jengah melihat polah banjir yang main keroyokan itu. “Andai keluargaku masih berkumpul banyak seperti dulu, mungkin aku tidak akan ketakutan seperti ini” ucap pohon dalam hatinya

Berhari-hari pohon merasa terpuruk dengan kelemahannya dan seakan tak ambil pusing lagi dengan segala permainan banjir yang dilihatnya setiap hari itu. ia mulai merasa “ya sudah, apa lagi yang bisa saya perbuat, toh kekuatan saya sudah tak bisa diandalkan. Semua system yang ada dalam diriku sudah dilumpuhkan oleh banjir itu. kini aku hanya bisa menunggu kapan banjir itu jemu dengan Jakarta dan pergi meninggalkan kota ini” ucapnya pasrah sekali.

Saat kepasrahannya itu mulai menguasi diri sipohon, tiba-tiba seekor hewan kecil tergopoh-gopoh menaiki rantingnya. ia merasakan ada sesuatu yang aneh dengan sipohon. Sehingga saat ia berhasil kabur dari banjir dan benar-benar aman didahan pohon. Ia menancapkan gigitannya  pada dahan di pohon.

“AARRRRRGHHHH ADUUHHHHHH.. sakit tau” teriak sipohon kesakitan


“pohon menoleh kearah semut, Kamu tidak tau ya apa yang kamu lakukan membuat aku kesakitan” lucap pohon kembali

“maafkan aku pohon, aku tidak bermaksud menyakitimu, aku hanya ingin berterimakasih kepadamu, karena aku bisa selamat dari kepungan banjir ini gara-gara kamu. Namun, aku tak tau bagaimna caranya mengucapkan terimakasih padamu. Karena kuperhatikan kau sangat muram dan begitu pasrah dengan keadaan ini. sampai-sampai kau tak melihat aku dan hewan-hewan yang lain yang sebenarnya ingin meminta bantuanmu.” Ujar semut kecil itu
Sejenak pohon terdiam. Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menyesup perlahan-lahan didalam tubuhnya.

“hey, pohon kenapa kau melamun? Kau ini sebenarnya kenapa sich?” Tanya semut sambil menggit kembali dahannya.

“ADUHHH, hentikan.. sakit tau!” kembali jeritan pohon terdengar

Lamunan pohon pun sontak buyar. “Aku sedang sedih mut, karena aku merasa sangat tidak berguna sebagai pohon. aku tidak bisa menyelamatkan hewan-hewan yang ada. Aku tak bisa menghalau banjir lagi. sistem tubuhku tidak berguna lagi kini”ucap pohon lirih

“ heyyy pohon. sadarlah kau itu sangat berarti bagi bumi ini.. kau itu penyelamat bagi bumi ini. kau itu pahlawan sebenranya” teriak semut. Walaupun bertubuh mini, teriakannya tak semini postur tubuhnya

“ah, kau tidak perlu menghiburku. Kau tidak tau betapa sedihnya aku beberapa hari yang lalu melihat temanku dibawa banjir saat ia sedang bersamaku. Seharusnya aku bisa menolongnya. Tapi apa? Aku tidak bisa menolongnya” kesal pohon mengingat ketidak berdayaannya itu

“tapi, hari ini kau telah menyelamatkanku. Dan kau masih merasa sakit saat aku menggigit. Lantas kau masih berfikir bahwa kau tidak berguna?. Ohh itu sangat keliru pohon, kau adalah paru-paru dunia. Kau dan keluargamu adalah PAHLAWAN bagi bumi ini. kau itu kuat.” Jelas si semut

“bayangkan, kau masih bisa bertahan dalam kepungan banjir. Namun, tanpa kau dan keluraga kami akan melayang-layang dibawa banjir. Berhentilah menyalahi diri sendiri. Kau fungsikan kembali sistem yang ada ditubuhmu itu agar kau dapat memfilter air banjir sedikit demi sedikit. Dan sambil kita bicarakan hal ini baik-baik pada banjir” usul si semut.

Tanpa disadari, sel-sel yang ada dalam tubuhnya berpacu dan mulai memiliki semangat setelah beberapa kali gigitan yang diberikan si semut dan juga motivasi yang disampaikannya. Ada sesuatu hal yang tak pernah dipikirkannya selama ini tentang jati dirinya.

“baiklah aku akan mencoba” hanya itu yang mampu diucapkan pohon


Semut tersenyum bahagia. Ia merasakan detak tubuh pohon yang seakan memiliki ruh baru. Komunikasi yang dibangun antar keduanya sangat membantu pohon untuk menguatkan akar-akarnya. Walaupun banjir tak kunjung pergi malah berdatangan lebih banyak karena hujan terus-terusan mengguyur, tapi kini pohon telah membuktikan bahwa ia mampu bekerja dibawah tekanan. Kini, daun-daun baru mulai muncul, dan ranting-ranting yang terluka karena patah dan gesekan banjir yang kencang telah menghadirkan ranting-ranting baru. Dan kini, adalah saat yang tepat membangun komunikasi dengan banjir yang selama ini ia anggap kejam dan tak bersahabat.

“Ayoo, pohon. bicaralah pada banjir!” desak si semut

Sebenarnya masih ada rasa benci pada banjir yang telah membawa teman-temannya pergi. Namun, dia tak boleh terlalu benci. Dia harus mengalahkan keegoisannya demi menolong teman-temannya yang lain.

“hai banjir, aku ingin berbicara kepadamu” ucap pohon memulai permbicaraan

“DUAMMM… apa yang ingin engkau katakan pohon? jawab banjir dengan ramah sambil meratakn rumah yang dibenturkannya itu dengan air

Melihat rumah yang diseberangnya hancur karena ulah banjir pohon sedikit agak takut. Namun, karena melihat keramahan yang dihadirkan oleh banjir, maka ia pun memberanikan diri.

“Aku tau, ini memang musim kedatanganmu, tapi kedatanganmu kali ini sangat menakutkan, bisakah kau hadir dengan santun tanpa perlu menyusahkan dan menakuti penduduk serta hewan2 dan juga pepohonan?” ujar pohon tanpa meninggikan suara.

“wahai pohon, aku paham akan sifat kepahlawananmu itu. namun, sadarlah untuk apa kau membela peduduk disini, sedangkan setiap harinya mereka terus menyakiti keluargamu?” Tanya banjir

“aku tau, tapi tidak semuanya melakukan perbuatan tersebut.” Bantah pohon

“memang tidak semuannya. Tapi inilah akibat tangan usil mereka yang suka mengganggu ketentraman bumi. Aku tidak bisa berbuat banyak, aku hanya menjalankan Perintah Allah. Agar mereka sadar dan jera dengan yang mereka lakuakan dibumi ini.” jelas banjir

“untuk kali ini, aku tidak bisa menuruti mau mu pohon, lihatlah kau terus menurus disakiti, ditebang, dicuri. Sadarlah pohon dan semut, kalau bukan sekarang kita memberikan peringatan atas kepongahan mereka. Maka mereka mungkin tidak akan menyisakan kamu dan keluargamu lagi Pohon. bisa jadi anak-cucu mereka tak bisa merasakan nikmatnya bumi yang hijau dengan pohon dan spesies lain yg juga bergantung hidup dari keberlangsungan hidup kamu, Pohon.”

Bersyukurlah bagi semua makhluk yang dapat mengambil pelajaran dari semua semua ini. Dan Allah maha mengetahui segalanya.

“sesungguhnya kerusakan dimuka bumi ini adalah ulah tangan manusia”

Dikampung Halaman. Dirumah kebahagiaan, Langsa, 22 Januari 2012 16:40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)

 
;