Dalam bayanganku kala itu,
betapa serunya sistem itu. Aku sangat ingin punya pacar, namun aku sadar dalam
islam tidak dibenarkan pacaran. Sehingga sampai saat itu tiba, aku tidak pernah
pacaran. Aku ingin menyerahkan cinta dan perhatianku seutuhnya untuk seseorang
yang benar-benar halal menerima semua itu. Senang rasanya, bila ada seseorang
yang perhatian pada kita, mengirimkan kata-kata sayang, dan mengingatkan kita
dengan kata-kata mesra. HmmmM.. Yah, itulah yang ku bayangkan dulu.
Semasa SMA, aku pernah
berkeinginan untuk nikah muda dan menjalani masa-masa pacaran setelah nikah
secara LDR alias Long Distance
Relationship seperti yang pernah ku dengar dari sepupuku dan penjelasan
yang ku dapatkan di buku yang pernah ku baca.
Dan, ternyata semua terijabah.
Setahun selepas SMA, aku dilamar oleh Bang Andi. Beliau adalah seniorku dulu
sewaktu SD. Saat aku kelas tiga, bang Andi kelas enam. Kebetulan, Ryan adiknya
beliau adalah teman sekelasku waktu itu. Jadi, bisa dibilang aku dan suamiku
sudah pernah kenal sebelumnya walaupun sekilas dan kebersamaan itu lenyap
seiring perjalanan akademik ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Seminggu sebelum
keberangkatanku ke Banda Aceh untuk melanjutkan kuliah di sana, tak sengaja
untuk pertama kalinya selepas aku lulus SD, aku pun berjumpa dengan bang Andi
saat sama-sama sedang belanja di pasar. Hanya tegur sapa, dan saling mengingat
satu sama lain disebabkan adanya perubahan fisik. Setelah itu, tidak ada
komunikasi yang intens antara kami,
karena aku menganggapnya biasa-biasa saja.
Namun, saat aku sedang
sibuk-sibuknya midterm, Ayah pun
menghubungiku berkali-kali. Aku tidak menjawab. Usai midterm, barulah aku
menghubungi kembali Ayah.
“Rei, kalau ada yang
ngelamar kamu, kamu sudah siap ,nak?” itu pertanyaan Ayah yang sangat mengacaukan
fikiranku selama seminggu.
Ayah pun menceritakan bahwa
ada seorang seniorku dulu datang ke rumah dengan maksud melamarku. Namanya Andi
Rifki Arsyaf. Ia memberikan aku waktu untuk menjawab Cuma seminggu. Dan
semuanya berlalu sangat cepat. Dua bulan kemudian, aku pun resmi menikah dengan
bang Andi. Semua persiapan pernikahanku ku serahkan pada ibu. Karena saat itu,
padat-padatnya jadwal kuliahku. Aku sengaja tidak mengambil cuti, karena aku
sudah berkomitmen untuk menyelesaikan kuliahku secepat mungkin apapun yang
terjadi. Dan pihak keluargaku dan beliau pun mendukung keputusanku.
Bang Andi pun ikut serta
dengan ku tinggal di Banda Aceh. Aku sangat senang, sudah ada seseorang yang
selalu ingin ku temui saat pulang kuliah, ada yang selalu memberikanku
kejutan-kejutan kecil yang membuatku bahagia. Hari-hariku mulai terisi cinta
kepadanya.
Saat semua kebahagiaan
sedang ku kecapi bersamanya, tiba-tiba bang Andi memberitahukanku ihwal
kelulusannya melanjutkan S2. “Dik, abang lulus beasiswa S2 ke Jerman” Ucap bang
Andi sambil menyodorkan selembar kertas yang bertuliskan namanya”
Aku tak mampu berkata
apa-apa. Tiba-tiba saja air mata menyentuh bibirku. Bukankah saat-saat seperti
ini yang dulu pernah ku impikan? Tapi, kenapa ada rasa sakit dalam hati. Kenapa
ada rasa sedih dalam diri.
Ia pun memelukku hangat.
“Lho, kenapa menangis dik? Abang kan pergi tidak lama. Kita bisa memanfaatkan
segala teknologi untuk melepas kerinduan. Nanti, setelah abang menemukan rumah
yang pas di sana, Abang akan membawa adik ikut ke sana, InsyaAllah. Adik ikhlas
kan?” Ia mengusap air mataku yang terus mengalir.
Ikhlas? Aku tak menjawab
pertanyaannya dengan kata-kata. Hanya anggukan yang mewakili perasaanku yang
coba ku tutupi.
Perihal ini memang telah
beliau ungkapkan di awal lamaran. Dan semua telah dipersiapkan sematang
mungkin. Keberangkatan beliau ke Negrinya Hitler sudah di depan mata. Dan kini,
tinggallah aku bersama kenangan bersamanya di rumah mungil kami.
***
Form Suamiku tersayang
Bersabarlah
sayang, ini adalah ujian dari cinta kita. Titiplah segala cinta dan rindu kita
padaNya, agar rasa cinta kita terus terjaga walaupun jarak terpisahkan. Abang
mencintaimu
Kini aku tersadar,
seromantis-romantisnya kisah cinta adalah saat kita selalu bersama dengan
pasangan, walaupun terjadi gesekan dalam rumah tangga, itu adalah bumbu-bumbu
penyedap hubungan kita. Cukuplah sekali saja LDR, sebab aku ingin selalu
bersamamu di sini.
HmmM.. ketika rasa rindu
datang membuncah, ingin rasanya menyewa pintu Doraemon agar jarak itu tak
terasa jauh. Aku sadar, itu tak mungkin. Namun, biarlah rindu ini ku tabung
seperti pesanmu, sayang. Semangat menempuh study
di sana sayang, dan aku pun bersungguh-sungguh menyelesaikan studyku di sini. Agar liburan nanti aku
bisa menyusulmu ke sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)