Mahok yah aku mendadak Mahok. Bukan manusia Homo ya. Itu mah MAHO gak pake K. Ini Pake K.
Hobi ini mendadak aku dapatkan, saat aku bersilaturahim ke acara 40 hari meninggalnya sepupu. Aggghh... Bisa dibayangin kan, aku yang terkenal tomboy, malas dan cuek, bisa berkiprah di dapur? Pasti sesuatu yang amazing banget. Ya jelas donk, karena aku dulu memang gak suka berkecimpung di dunia yang sangat kewanitaan itu.
Biasa, sepulang sekolah aku langsung makan tanpa harus bersusah payah merajang cabe, bawang atau mengulek cabe dan sebagainya. Palingan aku sering disuruh buat beli garam atau hal remeh temeh di warung depan. Dan itu aku lakukan dengan ikhlas dan suka rela. Karena aku bisa keluyuran berjumpa teman-teman. Pernah sangking khilafnya bermain dengan teman-teman cowok, aku pun lupa membawa apa yang Mak suruh belikan. Kebayang donk, jadinya. Yah, repetan dan cubitan di perut itu pun aku rasakan.
Alasan lain kenapa aku malas masak, itu dikarenakan aku anak bungsu. Memiliki kakak yang banyak dan abang yang juga gak kalah dan malu-maluin masakannya, alias enak banget. Jadi, ngapain aku harus ikutan masak. Nanti mereka bakalan meledek dan membiarkan makanan yang ku masak tak tersentuh di piring nasi mereka. Hanya masak indomie yang bisa ku andalkan, karena menurut mereka buatanku luamayan enak. Hah, iya.. cuma lumayan. Itu pun karena mereka malas masak. Dan yang aku banggakan, Mak pun tak menuntutku untuk masak. Yes banget pokoknya.
Bertahun-tahun hidup di tanah rantau, alhasil aku pun mulai berdamai dengan egoku. Ceplok telur menjadi menu andalan, selain tumis-menumis. Biasa, anak kos. HmmmM kalau indomie, jangan ditanya lagi. Tapi, sejak sakit tahun lalu, aku pun sudah mengurangi makanan instan. Aku tak mau hidup yang berharga ini, dirampas oleh penyakit yang tak bertanggung jawab. Apalagi, aku gak melakukan perlawanan.
Nah, kembali lagi ke Mahok seminggu ini, itu karena saat silaturahim itu banyak sekali menu yang disajikan ala prancis. Selidik-selidik saat membantu keluarga mengontrol hidangan biar gak kosong saat tamu-tamu berdatangan, aku pun bertemu dengan biang kerok eh master dari ragam masakan yang disajikan. Ibu Catering. Sebelum bantu-bantu, aku telah mencicipi semua menunya. Mulai dari menu berat (Nasi dan beragam lauk-pauk), hingga menu ringan (Pudding yang beraneka rasa, Martabak mini, es buah dan beberapa lainnya)
Aku tak sungkan-sungkan menanyakan resep-resep dari si Ibu tersebut, sambil memuji enaknya masakan beliau. Bukan aku saja yang muji demi mendapatkan resep jitu beliau. Ini pujiannya bener-bener tulus. Tapi bapak-bapak di yang bantu-bantu dan para tamu pun ikut memuji.
Ternyata harga untuk satu porsi makan itu berkisar 35.000,00-40.000,00. Waw bayangin aja.. wajar-wajarlah menunya sesuatu banget. Kalau makan di warung yang ada di Banda Aceh, terutama warung padang, harga pake daging itu bisa sampai 15.000 sedang ini?
Terlepas dari harga yang membuat saya Mahok juga disebabkan karena sang ibu sangat kreatif mennyajikan olahan makanan ringannya. Sehingga saya merasa teracuni dengan keahlian memasak beliau. Ingin sekali rasanya berlutut sambil mengepalkan tangan dan berkata, "Ibu, Terimalah saya menjadi muridmu" dan gak bakalan berdiri sebelum mendengar jawaban "Iya, Kamu ibu terima, Husna"
Dan saya pun berhasil mengantongi handphone saya yang sudah berisikan no Hp si ibu itu. Sepulang dari rumah sepupu tersebut, aku pun mulai mencintai kompor, blender, dan alat-alat dapur yang ku punya. Dan minggu kemarin, aku pun mulai bereksperimen membuat Puding. Berkat tips dari sang ibu dan resep yang sudah ku googling malamnya. Tarrrraaaaa........ aku berhasil membuat Pudding Pepaya. (Fotonya ada di Hpnya teman, jadi aku comot aja ya ni yang ada di googling.. miriip kok.)
Dan senin kemarin, aku pun berhasil membuat Cake Pop.. Hanya saja, menu kedua ini di luar tanggung jawab saya, karena sangking semangat membuatnya dan saat itu saya sedang shaum sehingga tidak mencicipi terlebih dahulu, jadi deh agak blenyek alias terlalu lembek. Tapi, gak apa-apa namanya juga masih pemula dan akan terus berusaha untuk berdamai dengan dapur. (Gambar hasilnya ada di kamera kakak, kebetulan memori Hpku full dan malas untuk hapus. Jadi googling aja ya, cuma agak beda, dikit)
Bedanya, aku gak pake coklat dan gak bergagang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan kenang-kenangan setelah anda berkunjung walau hanya sebait sapa.. :)