Janganlah terlalu membenci dan mencinta, karena benci dan cinta ibarat dua sisi sebuah sedotan. Jika kau membutuhkan air, maka kau akan mencelupkan salah satu dari keduanya untuk menyatukannya.(Husna Linda Yani Ay)
Ini kisah tentang seseorang yang mempunyai jabatan, kekuasaan yang hidup di zaman Rasulullah. Sosok Raja yang diakui kepemimpinannya oleh masyarakat jahiliyah, Tsumamah bin Utsal Al Hanafi pemuka dari Bani Hanafiah. Yang segala perintahnya, tak pernah dilanggar sedikit pun oleh rakyatnya.
Ibn Utsal ini sangat membenci Nabi Muhammad SAW. Sama dengan Raja-Raja kuffar lainnya. Bahkan dengan sesumbarnya ia berencana untuk membunuh Rasulullah, disebabkan karena ketidaksukaannya atas ajaran yang dibawa oleh oleh Insan bergelar Al-amin itu.
Peristiwa ini bermula, saat Baginda Rasulullah SAW berniat memperluas wilayah cakupan dakwah. Beliau pun menulis surat dan mengirimkannya ke delapan raja-raja Arab dan Ajam. Termasuklah Tsumamah bin Utsal al-hanafi.
Raja yang kerap menyiksa kaum muslim yang ada di wilayahnya itu pun menerima surat Nabi SAW, dengan sikap angkuh dan sombongnya ia pun melecehkan surat tersebut. Ia menutup rapat telinganya agar tak mendengar dakwah kebaikan yang bersumber dari Baginda. Dipicu dengan dosa yang yang telah menutup harga dirinya dan juga bisikan setan yang telah menguasai dirinya. Ia pun berencana membunuh Rasulullah dan mengubur dakwahnya.
Ibarat, jodoh. Dimana pun kalau sudah niat, pasti bertemu. Begitu pula dengan niatan Tsumamah. Ia pun mendapatkan peluang itu. Namun, ternyata Rencana Allah lebih indah. IA masih menyelamatkan kekasihNya dengan mendatangkan salah seorang paman Tsummah yang berhasil mengurungkan niat jahat ponakannya tersebut. Namun, rasa kecewanya yang telah membabi buta, ia pun makin sadis menyiksa bahkan membunuh siapa pun pengikut Rasulullah.
Setelah kejadian itu, Tsumamah berniat untuk menunaikan ibadah umrah (Ternyata Umrah sudah sejak lama dikenal, namun tata cara umrah orang kafir berbeda dengan cara yang diajarkan Nabi Muhammad SAW). Sang Raja pun berangkat meninggalkan bumi Yamamah menuju Mekah. Dia pun sudah mempersiapkan diri untuk thawaf dan menyembelih kurban untuk berhalanya nanti setiba di sana.
Namun, musibah pun menimpa dirinya di perjalanan. Ia tak pernah menyangka, bahwa pasukan Rasulullha yang sedang berpatroli di sekeliling Madinah untuk menjaga keamanan dari serangan musuh yang dadakan itu pun memergoki Tsumamah dan menangkapnya. Mereka yang tidak mengenali siapa Tsumamah lantas membawanya dan mengikatnya di salah satu tiang mesjid sambil menunggu Rasulullah yang akan memberikan keputusan atas tawanan tersebut.
Setibanya Nabi di mesjid melihat Tsumamah, Beliau bersabda, "Apakah kalian tahu siapa orang ini?". Yang ditanya pun menggeleng dan berkata tidak mengenalinya. "Ini Tsumamah bin Utsal al-Hanafi, tawanlah dia dengan baik" perintah Rasulullah setelah memperkenalkan tawanannya.
Inilah dawai-dawai cinta yang tengah mengusik hati yang membenci.
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah itu adalah sesuatu yang di luar kewajaran. Bahkan sebelumnnya, Beliau telah menghalalkan darah Tsumamah. Tapi, kini Beliau tidak memerintahkan para sahabat untuk membunuhnya. Malah memerintahkan untuk melayaninya dengan baik. Bahkan Beliau juga menemui istri-istrinya untuk mempersiapkan makanan terbaik untuk dihidangkan bagi tawanan tersebut. bahkan beliau pun tak lupa menyuruh seorang sahabat untuk memerah susu unta terbaik.
Semua itu dilakukan sebelum Rasulullah menjenguknya dan berbicara kepadanya.
Hal menarik yang penulis dapatkan di sini, yaitu :
1. Senantiasalah berlaku ahsan (baik) walaupun dengan orang yang hampir saja mencelakakanmu
2. Sebelum menyidik atau menyidang seseorang atas kesalahannya, maka jamulah ia terlebih dahulu dengan jamuan terbaik
3. Kita tidak tahu kehidupan seseorang ke depannya. Hidayah itu milik Allah
Lanjut lagi ke Tsumamah..
Nabi pun mulai menyerukan Islam kepada Tsumamah. "Apa yang kau miliki Tsumamah?" tanya Baginda
"Aku memiliki kebaikan wahai Muhammad, Jika kamu membunuhku, maka kamu membunuh pemilik darah, namun jika kamu memaafkanku, kamu memberi maaf kepada orang yang akan berterimakasih. Jika kamu inginkan harta, maka katakan saja, niscaya akan ku berikan sesuai keinginanmu"
Nabi hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa dan meninggalkannya dalam keadaan yang demikian selama dua hari. Nabi kembali menanyakan hal yang sama dan jawaban Tsumamah pun tetap sama. Keesokan harinya pun sama. Lalu rasulullah memerintahkan Para sahabat untuk melepaskan Tsumamah.
Dawai-dawai cinta telah membentuk simpulan yang kokoh yang terus bersemayam.
Sehingga hati sekeras apa yang tidak terusik dengan remukan cinta yang mulai membuntal?
Tsumamah pun meninggalkan mesjid. Sampai di sebuah kebun kurma yang berada di pinggir Madinah yang memiliki mata air, Tsumamah pun menghentikan perjalanannya dan dia pun menyucikan dirinya sebelum memutuskan diri untuk kembali ke Masjid.
Dengan lantangnya, ia mengucapkan dua kalimah syahadat. Dan dia pun menemui Nabi SAW seraya berkata.
"Wahai Muhammad, Demi Allah! Di Muka bumi ini tidak ada wajah yang paling aku benci melebihi wajahmu. Namun, Sekarang wajah Mu lah yang menjadi wajah yang paling aku cintai. Demi Allah, tidak ada agama yang paling aku benci, melebihi agamamu. Namun, saat ini agamamu menjadi agama yang paling aku cintai. Demi Allah tidak ada negeri yang paling aku benci melebihi negerimu. Namun saat ini ia menjadi negeri yang paling ku cintai. Dulu aku pernah membunuh beberapa orang dari sahabat-sahabatmu, apa yang harus ku lakukan untuk menebusnya?"
Nabi menyambut gembira dan menjawab, "Tiada dosa atasmu wahai Tsumamah. Keislamanmu telah menghapuskan dosa-dosa di masa jahiliyyahmu"
"Demi Allah, aku akn melakukan terhadap orang-orang musyrikin sesuatu yang lebih berat dari apa yang ku lakukan sebelumnya terhadap sahabat-sahabatmu. Aku meletakkan jiwaku, dan orang-orangku demi membela agamamu. Ya Rasulullah, Pasukanmu menangkapku saat aku hendak umrah, menurutmu apa yang aku lakukan sekarang?"
"Teruskanlah umrahmu di atas Syariat Allah dan Rasulnya" ajwab Rasulullah sambil mengajarkan tata cara manasik umrah.
Dia pun melanjutkan perjalanannya untuk menunaikan niatnnya. Sesampai di Mekkah, rombongan Tsumamah melantunkan talbiah dengan gegap gempita dan semangatnya seperti yang diajarkan Rasulullah. Tsumamah merupakan orang pertama yang menggemakan talbiah di Mekkah.
Orang Quraisy pun bergegas mencari siapa yang telah membuat keributan. pedang-pedang pun sudah siap mereka tarik dari sarungnya. Beberapa anak quraisy sudah siap untuk melepaskan anak panahnya ke Tsumamah. Namun segera dihentikan oleh pemuka Quraisy saat mengetahui siapa pelantun tersebut. dan berkata, "celakalah kalian, kalau kalian mencelakainya niscaya kaumnya akan memutuskan pengiriman gandum kepada kita. akibatnya, kit akan mati kelaparan"
Mendengar peringatan tersebut, pemuka Quraisy mengahmpiri Tsumamah dan bertanya, "Apa yang terjadi denganmu Tsumamah? apakah engkau telah menjadi Shabi (Murtad) dari agama nenek moyangmu?"
"Tidak. aku tidak murtad. tapi aku telah mengikuti sebaik-baiknya agama yaitu agama Muhammad. Aku bersumpah demi Tuhannya ak'bah, setelah aku pulang ke Yamamah, tidak akan ada satu butit gandum yang sampai ke Mekkah sebelum kalian mengikuti ajaran Muhammad" Kata Tsumamah dengan tegas bukan gertakan semata.
Ancaman Tsumamah menimbulkan derita kepada kaum Quraysi di Mekkah. Bukan malah mengikuti ajakan Tsumamah, pemimpin Quraisy pun datang menemui Rasulullah di Madinah meminta agar beliau yang suka menyambung silaturahim dan menolong untuk membujuk Tsumamah agar menghentikan embargo makanannya ke Mekkah. Atas surat Nabi, Tsumamah pun mematuhi perintahnya.
Ketika seorang Musailamah al Kadzdzab yang juga merupakan pembesar Bani Hanifah mendakwahkan dirinya sebagai nabi di yamamah, di saat nabi masih Hidup. Tsumamah menentangnya dengan keras. Musailamah menjadi pemimpin orang-orang yang murtad sekaligus nabinya. Bahkan Ketika Nabi SAW wafat, semakin banyak pengikutnya.
Tsumamah-pun berseru lantang kepada kaumnya, "Hai Bani Hanifah, ini adalah perbuatan orang-orang yang dzalim. Kecelakaan besar dari Allah bagi orang-orang yang mengikuti Musailamah, dan ujian bagi orang yang tidak mengikutinya. Hai Bani Hanifah, tidak akan ada dua nabi dalam masa yang sama, dan tidak ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW."