Biarlah cinta
Dilepas pergi bersama hati yang lain
Biarlah cinta
Dipayungi rindu yang lain
Biarlah cinta
Menemui persinggahan yang lain
Biarlah cinta
Berlayar bersama Nahkoda yang lain
Biarlah cinta
Menyelami Sakinah bersama yang lain
Karena yang lain itu bukanlah dia
Tapi yang lain itu adalah kau yang belum mengenal aku dan aku pun belum mengenalmu
Biarlah cinta
Mengenalkan kita yang berlainan
Biarlah cinta
Menguatkan kita yang saling berbeda perangai
Biarlah cinta
Yang menyatukan kita dengan CintaNya
Yah..
Biarlah cinta
Sudah lama meninggalkan laman http://husnaright.blogspot.com/ ini dikarenakan alasan klasik yang selalu dijadikan alasan. Ada rasa kecewa dikarenakan targetan menulis tidak terwujud. Namun, apa boleh dikata, Momen Ramadhan ini, semoga tulisaan ini menjadi pemantik semangat lagi untuk menulis. InsyaAllah.
Kali ini saya akan membahas tentang pengalaman saya hari ini di Posko Kuala Langsa. Alhamdulillah sudah hampir dua bulan bersama teman-teman yang tak mengenal lelah dalam memberikan kontribusi yang terbaik untuk saudara muhajirin dari Negri yang bagian utaranya berbatasan dengan Cina dan India. Tapi, saya tidak ingin membahas tentang kondisi mereka ataupun kondisi relawan. Ada hal lain yang cukup menggelitik hati saya, dan semoga bisa menjadi bacaan ringan bloggers sekalian.
"Tidaklah Ku ciptakan Jin dan Manusia keculai supaya mereka menyembah-Ku" Qs. Adz-Dzariyat :56
Tidak terasa Ramadhan sudah berbilang sembilan belas hari. Menjalankan puasa di daerah pesisir pantai, bagi saya yang tidak terbiasa tinggal di daerah tersebut merupakan tantangan yang luar biasa rasanya. Bagaimana tidak? Panas teriknya itu, sesuatu banget deh. Kipas angin yang banyak pun tidak mampu bersatu untuk meredam hawa panas di tenda, Sehingga jika tak kuat iman, bisa-bisa air galon 'Terminum' dengan sengaja.
Siang ini, seperti biasa menjelang shalat zuhur, kami berbondong-bondong menuju Pos Jaga milik Pabrik Etanol yang ada di pelabuhan untuk menumpang shalat di mushalla kecil itu. Usai shalat, kami duduk- duduk sejenak melepas penat dan membiarkan bekas basuhan air wudhu meresap ke kulit yang dicoba bantu oleh angin yang sesekali berhembus. Kami pun mengisi momen-momen itu dengan bercerita ringan. Sesekali terdengar gelak tawa, rengekan dan lain sebagainya.
Entah mengapa, siang ini terasa beda, tiba-tiba saja kami membahas tema jin dan clusternya. Mungkin karena sebelumnya kami tengah asyik membahas tentag Dajjal hingga berlanjut ke maslah jin. Tiba-tiba seorang teman bertingkah aneh. Dia menatap saya tajam dan terdengar sedikit tawa yang tertahan. Sebab tangannya menutup mukanya.
Melihat gelagat aneh itu, saya pun mengambil sikap santai, tidak terkejut maupun panik. Ini bukan hal baru yang ku alami. Langsung saja saya meminta teman-teman untuk ikut membantu saya menangani kejadian ini. Saya pun mulai membaca Alfatihah dengan tenang, tiba-tiba terasa sakit. Sontak saja saya sempat terkejut, ia memukul tangan saya.
Mencoba tetap tenang dengan tingkah teman yang terus meronta-ronta, akhirnya dengan izin Allah saya pun terus membacakan beberapa ayat Al-qur'an yang saya hafal. Alhamdulillah saya mencoba teknik berdialaog dengan jin tersebut, mencoba memberikan pemahaman padanya bahwa, tidak ada hak jin bersemayam di tubuh manusia, apalagi ini saudari kami.
Ternyata jin itu wanita, dari cerita yang disampaikan dia meninggal di Laut dan dibuang di hutan dekat mushalla yang kami gunakan. Bisa dikatakan, dia adalah penunggu di daerah itu. Hidup sendirian tak punya teman membuat dia ingin mencari teman. Kebetulan kondisi teman yang mendukung untuk di singgahi, akhirnya terjadilah hal ini.
Tidak butuh waktu lama, setelah kita coba syahadatkan dan memberi pengertian bahwa sesama muslim tidak dibenarkan saling menyakiti, menzhalimi dan lain sebagainya, ia pun minta maaf dan berjanji akan keluar dan tidak akan mengganggu siapapun. Namun, sebelum ia pamitan untuk keluar, dia membisikkan kepada kami bahwa, 'Penduduk sekitar sini banyak yang tidak puasa, Seharusnya mereka malu. Sebab mereka Muslim' Bisiknya dan dia pun bertaya kepada saya, apakah saya puasa. Kemudian ia pun keluar diiringi salam dan kata maaf serta muntah sebagai tanda ia telah keluar.
Yah, memang kenyataannya demikian di lapangan. Banyak orang-orang yang terlibat dalam misi kemanusiaan ini mulai dari rakyat setempat maupun yang pendatang, banyak yang tidak berpuasa. Wallahua'lam alasan mereka apa. Namun tetap ada juga yang berpusa dengan kondisi cuaca yang tak stabil. Tidak hanya di Kuala Langsa fakta tersebut, hanya saja itulah pengakuan dari jin setempat yang kini (Mari kita doakan) Semoga istiqamah dengan Agama Islam yang dia dapat.
Jin saja mengerti makna kewajiban berpuasa, Sementara kita??? Ah sudahlah. Cukuplah ini menjadi Nasihat tersendiri untuk saya sebagai hamba yang masih dhoif, jauh dari kesempurnaan dan dekat dengan kesalahan dan dosa yang berulang. Mungkin ini juga pelajaran tambahan bagi saya sebagai hamba yang faqir ilmu. Cara Allah mengajarkan kalamnya itu begitu luar biasa, penuh kejutan-kejutan cinta.
Ayoo.. Kembalilah ke fitrah awal kita diciptakan. Tugas dan kewajiban kita menyembah Allah, mengikuti segala yang diperintahkan.
Wallahua'lam bissawwab..
Kuala Langsa, 6 Juli 2015
Kapan Mereka Berhenti?
_Husna Linda Yani AY_
Ini adalah cerita dari tanah yang pernah
disemayami para Nabi
Bukan Legenda yang dibubuhi roman picisan dari
Negri antah-berantah
Ini adalah cerita dari tanah yang kini menjadi
kubangan darah para pejuang suci
Darah yang meletup dari kepala ibu yang hendak
melindungi bayinya
Darah yang bercucuran seiring lirih takbir terakhir
pada Ilahi
Semburat darah pun melumuri potongan
tulang-belulang sang Ayah
Tidak!!!
Seujung kuku pun, tak ada rasa gentar menyambangi
jemarinya
Bermodal bebatuan dan peluru seadanya
Berhimpit di lorong tak bercahaya untuk menyiapkan
siasat
Justru tangan mereka mampu mematikan kebiadaban
binatang yang berwujud manusia
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
Karena relung hati mereka dekat dengan sumber
cahaya
Karena fikiran mereka tertaut pada janji tuhannya
Karena hari-hari mereka, desah nafas mereka tak
jauh dari Al-qur’an
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Itu yang membuat aku cemburu pada mereka
Tidakkah kalian juga cemburu sama seperti aku?
Jutaan rumah hancur
Mereka bangun hingga lagi-lagi lebur dengan jalan
Ribuan bahkan ratusan ribu syuhada telah pergi
Tak ada rasa sedih, yang ada hanya tangis cemburu,
kapankah tiba giliranku?
Wahai saudara-saudariku..
Mereka sama dengan kita manusia biasa
Tapi mereka bukan pengecut bak keparat Israel yang
berani melawan balita
Bahkan saat tubuh mereka tak bernyawa lagi, Zionis
masih melemparinya dengan rudal
Begitulah ketakutan dan kebiadaban zionis
Tak ada paksaan untuk mereka bergerak
Tak ada iming-iming hadiah untuk torehan luka yang
mereka rasakan
Semata-mata hanya inginkan tempat milik kita
Yah, milik kita. Bukan hanya milik mereka itu
terbebas dari tangan yahudi laknatullah
Jangan pernah Tanya kapan mereka berhenti
Jangan pernah Tanya kapan mreka mengeluh
Haruskah kita menunggu sampai mereka mengeluh baru
kita membantu mereka?
Haruskah mereka berjuang sendirian untuk
pembebasan kiblat pertama kita?
Sedangkan kita asyik dengan tontonan tak bermutu
Yang isinya hanya kebohongan media
Yang menutupi darah pejuang di Gaza, Palestina.
Baru sebentar bertemu, akhirnya kita berpisah juga. Baru sebentar rasanya berpisah, malah takdir mmempertemukan kembali. Atau malah perpisahan itu untuk selamanya.
Itulah perputaran hidup manusia. Kita tak pernah menduga dan tak bisa menerka apa yang terjadi di masa mendatang. Teman berkelahi di masa sekolah bisa jadi partner kehidupan yang membawanya ke pelaminan. Teman berpacu nilai tetringgi dari guru mate-matika, bisa jadi karyawan di kantor kita. Bahkan, Teman dekat malah ada yang berpaling dan berkhianat. Walau tak semuanya begitu.
Begitulah hidup ini.
Tak terasa, sepanjang perjalanan hidup ini, sudah berapa banyak orang yang kita temui. Beragam macam sifat dan perangai. Pastinya, tak hanya hal-hal yang menyenangkan saja yang telah kita lewati. Justru, ada torehan luka yang mungkin hingga kini belum termaafkan atau terlupakan. Na'uzubillah. Semoga seiring dengan kedewasaan usia kita, maka kita semakin dewasa menyikapi masa lalu tanpa harus membuntuti kita di masa kini dan akan datang. Maafkanlah jika ia bersalah. Termasuk juga saya. Maafkan.
Malam ini, saya kembali mengenang hal-hal yang telah saya lewati selama hampir seperempat abad. Mungkin, saya tak mampu mengingat semuanya secara sendirian, sebab usia 1-3 tahun, bahkan 4 tahun saya masih tak mampu mengingat kejadian apa yang saya alami. Adalah foto-foto masa lalu dan juga cerita-cerita yang bersumber dari mereka yang tercinta.
Menapa rasanya, baru saja kemarin saya duduk bersama 115 orang mahasiswa baru di jurusan Arsitektur?
Seakan saya baru saja menjabat sebagai presidium di Pemerintahan Mahasiswa Unsyiah. Diamanahi menjadi ibu di kementrian Polhukam yang selalu menanyai kabar anak-anak yang berjumlah lebih dari 50an orang. Dengan karakter yang masyaAllah sangat unik.
Baru saja rasanya dekat dengan anak-anak itu. Yang akhirnya memanggilku dengan sebutan Bundadari atau bunda. Baru saja rasanya.
Baru saja aku bersama dengan para penulis hebat di FLP Aceh yang kemudian mengutusku untuk bertemu dengan puluhan penulis se sumbagut yang akhirnya tersapalah aku dengan panggilan Mak, hingga kini. Baru saja rasanya
Baru saja rasanya, duduk rapat di BEM FT membahas beragam agenda, dan hal serupa rasanya baru saja ku lakoni bersama teman-teman DPM FT.
Ah.. Baru saja rasanya mengabdi di Lembaga yang sangat berjasa itu. LDF FUAT FT. Baru saja rasanya, walaupun kini..... Sudah beberapa generasi yang telah mewarnai setelah kami
Ah.. Baru saja. Sungguh baru saja aku menjadi seorang mutarabbi dari beberapa orang murabbi hasil mutasi. Dan kini, aku pun sudah menjadi murabbi, dan telah menjadi saksi pernikahan seorang mutarabbi. Ahh baru saja.
Baru saja aku merasakan moment-moment pulang kampung berkumpul dengan keluarga besar di tambah abang ipar dan kini, sudah ada kakak ipar dengan dua orang malaikat kecil serta seorang malaikat kecil lagi.
Rasanya. Baru saja aku hijrah menggenakan jilbab secara syar'i yang kemudian mempertemukanku dengan ROHIS, HIPISA, KAPMI dan KAMMI.
Ya Allah.. Baru saja rasanya, aku merengek tangis saat kau tiupkan ruh hingga aku mampu melihat dunia. Dan kini, tak terasa hampir seperempat abad.
Ya Allah, baru saja rasanya memiliki guru yang baik hati n sabar mendidikku ilmu duni dan ilmu akhirat, tapi kini, mereka telah pergi
Yah, Baru saja rasanya aku menjadi anak paling kecil di rumah ini dengan sebutan adek. Tapi ini, sebtan itu sudah milik keponakanku.
HmmM.. Baru saja rasanya, aku berlari-lari mengejar layangan di tengah lapangan, bermain petak umpet di kebun karet ataupun main rumah-rumahan di ladang ubi milik tetangga.
Baru saja rasanya, berseragam putih biru donker dan putih abu-abu.
Baru saja.. Baru saja dan Baru saja semua hal itu mengisi hari-hari saya.
Waktu begitu cepat berlalu rasanya. Tapi semua itu hanya rasanya. Kitalah yang terkadang sombong dan angkuh dalam menjalan hari-hari kita.
Jika ada masih diberi kesempatan untuk menrasakan baru saja rasanya, maka esok aku akan menuliskan rasanya menjadi seorang hafizah yang sudah tidak terbata-bata lagi dalam menghafal
Ingin dipertemukan dengan seseorang yang berani memintaku pada orang tua dan bersedia membimbingku menuju cintaNya.
Ingin merasakan menjadi ibu biologis dari anak-anak yang akan menjadi pribadi sukses dunia-akhirat, insyaAllah dan tetap menjadi ibu ideologis bagi mereka
Ingin rasanya menginjakkan kaki di rumahMu ya Rabb. Bersama mereka yang terkasih
Ingin Rasanya.................. (My Dream)
End
Itulah perputaran hidup manusia. Kita tak pernah menduga dan tak bisa menerka apa yang terjadi di masa mendatang. Teman berkelahi di masa sekolah bisa jadi partner kehidupan yang membawanya ke pelaminan. Teman berpacu nilai tetringgi dari guru mate-matika, bisa jadi karyawan di kantor kita. Bahkan, Teman dekat malah ada yang berpaling dan berkhianat. Walau tak semuanya begitu.
Begitulah hidup ini.
Tak terasa, sepanjang perjalanan hidup ini, sudah berapa banyak orang yang kita temui. Beragam macam sifat dan perangai. Pastinya, tak hanya hal-hal yang menyenangkan saja yang telah kita lewati. Justru, ada torehan luka yang mungkin hingga kini belum termaafkan atau terlupakan. Na'uzubillah. Semoga seiring dengan kedewasaan usia kita, maka kita semakin dewasa menyikapi masa lalu tanpa harus membuntuti kita di masa kini dan akan datang. Maafkanlah jika ia bersalah. Termasuk juga saya. Maafkan.
Malam ini, saya kembali mengenang hal-hal yang telah saya lewati selama hampir seperempat abad. Mungkin, saya tak mampu mengingat semuanya secara sendirian, sebab usia 1-3 tahun, bahkan 4 tahun saya masih tak mampu mengingat kejadian apa yang saya alami. Adalah foto-foto masa lalu dan juga cerita-cerita yang bersumber dari mereka yang tercinta.
Menapa rasanya, baru saja kemarin saya duduk bersama 115 orang mahasiswa baru di jurusan Arsitektur?
Seakan saya baru saja menjabat sebagai presidium di Pemerintahan Mahasiswa Unsyiah. Diamanahi menjadi ibu di kementrian Polhukam yang selalu menanyai kabar anak-anak yang berjumlah lebih dari 50an orang. Dengan karakter yang masyaAllah sangat unik.
Baru saja rasanya dekat dengan anak-anak itu. Yang akhirnya memanggilku dengan sebutan Bundadari atau bunda. Baru saja rasanya.
Baru saja aku bersama dengan para penulis hebat di FLP Aceh yang kemudian mengutusku untuk bertemu dengan puluhan penulis se sumbagut yang akhirnya tersapalah aku dengan panggilan Mak, hingga kini. Baru saja rasanya
Baru saja rasanya, duduk rapat di BEM FT membahas beragam agenda, dan hal serupa rasanya baru saja ku lakoni bersama teman-teman DPM FT.
Ah.. Baru saja rasanya mengabdi di Lembaga yang sangat berjasa itu. LDF FUAT FT. Baru saja rasanya, walaupun kini..... Sudah beberapa generasi yang telah mewarnai setelah kami
Ah.. Baru saja. Sungguh baru saja aku menjadi seorang mutarabbi dari beberapa orang murabbi hasil mutasi. Dan kini, aku pun sudah menjadi murabbi, dan telah menjadi saksi pernikahan seorang mutarabbi. Ahh baru saja.
Baru saja aku merasakan moment-moment pulang kampung berkumpul dengan keluarga besar di tambah abang ipar dan kini, sudah ada kakak ipar dengan dua orang malaikat kecil serta seorang malaikat kecil lagi.
Rasanya. Baru saja aku hijrah menggenakan jilbab secara syar'i yang kemudian mempertemukanku dengan ROHIS, HIPISA, KAPMI dan KAMMI.
Ya Allah.. Baru saja rasanya, aku merengek tangis saat kau tiupkan ruh hingga aku mampu melihat dunia. Dan kini, tak terasa hampir seperempat abad.
Ya Allah, baru saja rasanya memiliki guru yang baik hati n sabar mendidikku ilmu duni dan ilmu akhirat, tapi kini, mereka telah pergi
Yah, Baru saja rasanya aku menjadi anak paling kecil di rumah ini dengan sebutan adek. Tapi ini, sebtan itu sudah milik keponakanku.
HmmM.. Baru saja rasanya, aku berlari-lari mengejar layangan di tengah lapangan, bermain petak umpet di kebun karet ataupun main rumah-rumahan di ladang ubi milik tetangga.
Baru saja rasanya, berseragam putih biru donker dan putih abu-abu.
Baru saja.. Baru saja dan Baru saja semua hal itu mengisi hari-hari saya.
Waktu begitu cepat berlalu rasanya. Tapi semua itu hanya rasanya. Kitalah yang terkadang sombong dan angkuh dalam menjalan hari-hari kita.
Jika ada masih diberi kesempatan untuk menrasakan baru saja rasanya, maka esok aku akan menuliskan rasanya menjadi seorang hafizah yang sudah tidak terbata-bata lagi dalam menghafal
Ingin dipertemukan dengan seseorang yang berani memintaku pada orang tua dan bersedia membimbingku menuju cintaNya.
Ingin merasakan menjadi ibu biologis dari anak-anak yang akan menjadi pribadi sukses dunia-akhirat, insyaAllah dan tetap menjadi ibu ideologis bagi mereka
Ingin rasanya menginjakkan kaki di rumahMu ya Rabb. Bersama mereka yang terkasih
Ingin Rasanya.................. (My Dream)
End
Langganan:
Postingan (Atom)