Ini adalah ceritaku hari ini. Cerita tentang arti persahabatan dan kematian.
Hari ini (Jum'at, 18 April 2014) banyak pelajaran baru yang ku dapatkan. Mulai dari bahagianya melihat teman seangkatan yang telah dikarunniai putra tampan sebagai penyejuk mata, berkumpul dengan adik-adik dan teman-teman yang pernah dan baru terlibat dalam organisasi yang telah lama ku kecapi selama ini. Mampirnya mereka ke rumah baruku, dilanjutkan makan siang bersama. Uhhh sangat indah. Hingga saat aku harus berpura-pura menjadi mayat. (Sungguh, ini bukan mauku. Tapi inilah cara Allah menyentuh hatiku, sehingga aku pun mantap menawarkan diri dengan sukarela menjadi mayat untuk pelatihan tahyiz mayyit).
Aku teringat sebuah untaian kata yang pernah ku tulis untuk menyemangati diriku di saat aku kadang terjerembab dalam ke futuran.
"Kematian merupakan suatu hal yang tak dapat dielakkan. Walau kita bersembunyi di balik tembok yang tersusun kokoh sekalipun. Namun, jauh di balik itu, ada yang tak boleh kita lupakan. Apa??? Yach, mempersiapkan diri yang 'prima', hingga saat malaikat menjemput, kita tersenyum bahagia."
Mari kita merenung sejenak, sebelum melanjutkan membaca ceritaku hari ini. Resapilah setiap bait nasyid di bawah ini :
Pergi tak kembali (Rabbani)
Setiap Insan pasti kan merasa
Saat perpisahan terakhir
Dunia yang fana akan ditinggalkan
Hanya amalan yang dibawa
( Saat aku berbaring di atas kain kafan yang telah disediakan panitia, aku mulai merasakan getar ketakutan dalam hati. Namun, aku mencoba meredam rasa itu, dalam senyumku aku berdo'a, "Ya Allah, jika saat kafan ini menutupku itu adalah saat-saat terakhir menghirup udara dunia, maka ampunilah dosaku". Aku tetap mencoba tenang).
Terdengar sayup surah dibaca
Sayunya alunan suara
Sumber : google |
Terbuka hijab di depan mata
( Sebelum aku menjadi mayat-mayatan, aku sempat membantu teman-teman untuk memandikan mayat satu lagi yang memang merasakan bagaimana jenazah dimandikan oleh teman-teman ataupun keluarga. Yang terfikirkan saat itu adalah, Aurat yang kita tutpi selama ini, pada saat itu akan terbuka. Akan ada aib-aib yang secara langsung disaksikan mata khalayak lain. dan kita, hanya bisa menangis di sudut ruangan meratapi segala dosa kita. bahkan, mungkin air yang diguyurkan ke tubuh terasa pedih karena dosa-dosa kita terlampau banyak. Na'uzubillahiminzhalik)