seng-iseng,,, gara-gara liat banjir dan kondisi pohonnya *lihat yang dari udara
“Maafkan aku Hewan, saat banjir mendesak tuk mengunjungi Jakarta, aku
tak bisa menghalaunya, sehingga banyak dari golonganmu yang menderita”
Ucap si Pohon Lirih dengan agak berbisik kepada hewan yang berada
didekatnya.”
“Tidak apa-apa pohon, kami tidak akan marah kepadamu, karena aku tau
kau telah bekerja keras untuk menyelamatkan kita semua. Sekarang kan
jumlahmu sudah sangat sedikit, dan kami pun tak sampai hati untuk
memaksamu bekerja lebih.” Bisik si hewan.
Hewan tak ingin membuat sipohon merasa sedih atas ketidakmampuannya
mengatasi banjir seperti ini. si hewan pun mengetahui bahwa kondisi
keluarga pohon akhir-akhir ini sedang dalam rasa was-was. Dikarenakan
setiap harinya, ada saja berita pembantaian dan penculikan bibit-bibit
pohon secara kejam yang dilakukan manusia.
“walau bagaimana pun seharusnya kami harus mampu meredam ini” keluh
si pohon yang merasa bahwa kini ia dan keluarganya tidak bisa lagi
melindungi bumi.
Tanpa mereka sadari tiba-tiba massa banjir datang dari hulu dengan
tenaga yang luar biasa. satu persatu daun dan rantingnya pohon tersobek
dan patah diterobos oleh banjir yang datang begitu cepat dengan masanya
yang tak terperikan tersebut. Pohon semakin terombang-ambing dibuatnya.
“ Awas wan,,,, ayo raihlah rantingku ini,, segeralah kamu naik ke atasku” teriak pohon
“aku tidak kuat lagi, aku kedinginan dan tidak bisa bernafas” ucap si hewan yang timbul tenggelam didalam arus masa banjir.
“tidak!!! Kau harus bertahan teman. Aku akan coba meraihmu. Bertahanlah!”
Pohon berusaha mengayun-ayunkan rantingnya yang telah terjebak dalam
kerumunan banjir untuk menyelamatkan si hewan. Namun usahanya itu tidak
cukup kuat dan besar karena gulungan banjir yang dengan gaya premannya
itu sesekali menghalaunya untuk menemukan keberadaan si hewan yang
semakin luput dari pantauan pohon.
Dan ternyata, si hewan tersebut sudah terseret arus. “TIDAKKKK!
Lagi-lagi aku lemah, tidak berguna. Bahkan aku tidak bisa menyelamatkan
teman yang sedari tadi di sampingku.arrrrggghhh.” gerutu hewan sambil
menyesali kelemahannya.
Satu-persatu mayat hewan-hewan dibawa banjir itu melintasi
dihadapannya. Pohon mulai jengah melihat polah banjir yang main
keroyokan itu. “Andai keluargaku masih berkumpul banyak seperti dulu,
mungkin aku tidak akan ketakutan seperti ini” ucap pohon dalam hatinya
Berhari-hari pohon merasa terpuruk dengan kelemahannya dan seakan tak
ambil pusing lagi dengan segala permainan banjir yang dilihatnya setiap
hari itu. ia mulai merasa “ya sudah, apa lagi yang bisa saya perbuat,
toh kekuatan saya sudah tak bisa diandalkan. Semua system yang ada dalam
diriku sudah dilumpuhkan oleh banjir itu. kini aku hanya bisa menunggu
kapan banjir itu jemu dengan Jakarta dan pergi meninggalkan kota ini”
ucapnya pasrah sekali.
Saat kepasrahannya itu mulai menguasi diri sipohon, tiba-tiba seekor
hewan kecil tergopoh-gopoh menaiki rantingnya. ia merasakan ada sesuatu
yang aneh dengan sipohon. Sehingga saat ia berhasil kabur dari banjir
dan benar-benar aman didahan pohon. Ia menancapkan gigitannya pada
dahan di pohon.
“AARRRRRGHHHH ADUUHHHHHH.. sakit tau” teriak sipohon kesakitan
Langganan:
Postingan (Atom)