13 Des 2010
Pemberani
diluar dan didalam rumah
“Dirumah sendirian lebih
menyeramkan dari pada disuruh berkeliaran diluar rumah malam-malam”.
Yah,
itulah yang sering kukatakan dulu pada ibu jika ibu hendak meninggalkanku
sendirian dirumah. Walaupun hanya sekedar kerumah tetangga sebelah sebentar.
Aku sangat paranoid jika dirumah
sendirian, apalagi malam hari. Aku sering keluar ruamah malam hari untuk
mengaji sendirian disurau karena sewaktu SMP. Ibu kadang hanya bisa tersenyum
saja melihat tingkahku ini. padahal sehari-hari aku sangat tomboy dan pemberani
dikeluargaku. Namun jika dibandingkan dengan adikku yang masih berusia Sembilan
tahun aku sangat kalah berani jika harus ditinggal sendirian dirumah.
Aku
begitu dulu bukanlah tanpa sebabnya. Hanya karena Rumahku ini saja. Rumah
dimana aku lahir dan tumbuh kembang dengan segala rekaman memori. Rumah yang
secara kasat mata sama saja seperti rumah-rumah umumnya. Rumah dengan
ruangan-ruangan yang tersekat-sekat sedemikian rupa berdasarkan fungsinya
masing-masing sehingga menjadi fasad yang menarik. Namun, rumah ini begitu
menyeramkan bagiku sejak aku duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) kelas satu SMA.
Waktu
itu seperti biasa aku dijemput oleh temanku untuk pergi mengaji disurau dekat
rumahku. Sewaktu aku hendak pergi kesurau
dengan temanku tiba-tiba Ayah pulang dengan wajah sumringahnya sambil
menjinjing kamera baru yang baru dibeli Ayah.
“wah
bagus sekali yah kameranya”. Ujarku kagum sambil mengelus-elus kamera itu.
“yah
aku ingin diphoto dong yah” sambil merayu Ayah.
Kebetulan
kakakku sedang tidak ada dirumah. Lalu Ayah mengajak aku dan temanku untuk
photo ditaman depan rumah. Ibu tidak ikut photo-photo dengan kami karena sedang
menyiapkan makan siang buat Ayah.
Usai
photo-photo aku dan temanku menyalami Ayah dan pamitan pergi kesurau. Selang
beberapa minggu setelah kami photo-photo itu. Saat kami sekeluarga sedang asyik
menonton di ruang tengah. Aku yang duduk tepat mengarah ke pintu ruang tamu itu
tak sengaja melihat kearah luar jendela ruang tamu. Tepat ditaman depan rumah
tempat kami photo-photo saat itu berdiri dua sosok bernuansa putih melambaikan
tangan seperti mengajak kearahku. Sontak saja aku sangat terkejut. Namun aku
tidak menjerit. Aku hanya pindah posisi duduk. Setelah lima menit rasa
penasaranku muncul sehingga aku kembali keposisi awal tadi dan melihat keluar
jendela yang kebetulan gordennya belum diturunkan. Dan sosok itu masih tetap
berada disana memanggilku. Aku pindah dan balik lagi diposisi awal sampai
beberapa kali sehingga Ayah dan yang lain merasa sangat terganggu dengan ulahku
itu.
“La,
kenapa sich nak mondar-mandir mulu kayak orang ketakutan gitu?” Tanya Ayah.
“Gak,
gak ada apa-apa kok yah”. Sambil berjalan untuk duduk disebelah ibu.
Aku
tidak berani menceritakan semua itu kepada semuanya. Karena saat itu aku masih
tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti itu. kupikir jika langsung
menceritakan akan semakin membuatku takut dan menanamkan pada diri bahwa itu
benar-benar ada. Jadi biarlah kalau memang tiba saatnya akan kuceritakan.
Setelah
kejadiaan itu, aku makin sering mengalami hal-hal yang “aneh” dirumahku seperti
waktu saat tidur sering ditindih atau ditimpa, terus waktu aku SMP kelas 1 aku
melihat sosok yang bewarna hitam dengan bau anyir yang sangat menyegat di
hidungku berada tepat didepan pintu kamarku sambil mengibas-ngibas seprei
kasurku. Kebetulan waktu itu pertama kalinya aku tidur sendirian karena kakakku
yang biasanya menemaniku baru saja berangkat keluar kota untuk kuliah dan
menetap disana. Yah, jadilah aku penghuni kamar ini sendirian. Sedangkan adikku
yang masih berumur lima tahun itu masih tidur bersama Ibu dan Ayah.
Malam
itu aku tidur lebih awal dari biasanya karena sangat kelelahan setelah
mengikuti beragam aktivitas intra dan
ekstraschool seharian. Ibu dan adikku masih asyik menonton diruang keluarga
sambil menunggu Ayah pulang lembur malam ini. Aku sangat lelap tertidur.
Tiba-tiba sekitar pukul 11.30 aku terbangun. Kudengar langkah kaki ibu membuka
pintu karena Ayah pulang. Dan mereka duduk diruang makan yang tidak jauh dari
kamarku.
Saat
itu aku masih dalam kondisi setengah sadar dan ingin bangun keruang makan
ngumpul ma ibu dan ayah. Tapi sewaktu aku berbalik badan karena tadi posisiku
membelakangi pintu, aku terkejut karena didepan pintu telah berdiri sosok yang sangat
menyeramkan itu. Bau anyir yang bersumber dari sosok itu sungguh ingin muntah
ku dibuatnya. Ditambah lagi dengan dia menggibas-ngibas seprei tempat tidurku
semakin membuatku mual dan didera ketakutan yang mendalam. Segala jenis doa
telah kurapalkan dalam hati. Yah hanya bisa dalam hati. Aku ingin sekali
menjerit memanggil ayah dan ibu yang masih diruang makan. Namun pita suara ini
seakan terkunci rapat untuk melakukan itu semua.. aku terus dan terus berdo’a,
semoga saja ini hanya mimpi. Aku kuatkan niat untuk tidak takut dan segera
bangkit keluar. Dengan sedikit memaksakan diri sambil merapalkan doa-doa aku
mengucapkan “bismillahirrahmanirrahim”. Akhirnya aku bisa bangkit dan segera
menerobos membuka pintu dan berlari ke pelukan ibu. Ibu sangat terkejut
melihatku yang menangis tersendat-sendat begitu.
“Lila,
kenapa nak.. kenapa kamu nangis begitu?” Tanya ibu khawatir.
“Iya
la, kenapa?” Tanya ayah ikut khawatir.
“Lila
ta aa kuuut bu, lila ta aa kut yah”. Kata ku terbata-bata sambil memeluk ibu
erat.
“Iya
lila takut apa nak?”. Tanya ayah kembali.
Aku
menceritakan semua kejadian itu pada ayah dan ibu malam itu juga. Aku takut
tidur sendirian. Dan akhirnya malam itu aku tidur ditemani oleh ibu. Aku
memegang tangan ibu erat-erat, sambil terus merapalkan do’a-do’a yang telah
diajarkan padaku.
Esoknya
aku pun masih ketakutan dan menceritakan kejadian sewaktu SD itu pada Ayah dan
Ibu. Ibu dan Ayah sangat khawatir itu akan menggangu psikologiku. Dan akhirnya
ayah membawaku ketempat ustaz yang bisa meng-Ruqyah. Walaupun telah diruqyah
tetap saja aku masih sering merasakan hal-hal seperti itu.
Tapi
kini karena sudah terbiasa melihat kejadian seperti diatas itu, aku tidak
begitu takut lagi. karena kata Ayah kalau kita takut maka dia akan semakin
menakut-nakuti kita. lagian mungkin dia juga sudah bosan dialamnya makanya
hadir dialamku (itu hanya sekedar untuk menyemangati). Toh, dia juga ciptaan
Allah. Sudah selayaknya kita mengakui keberadaannya tanpa menimbulkan sarat
syirik ataupun sejenisnya dihati..Alhamdulillah sekarng aku pun telah lama
tidak mengalami hal-hal aneh itu lagi.. Aku sangat bersyukur bisa merasakan hal
yang tidak mungkin sama dirasakan oleh orang lain, yang telah membuatku menjadi
pemberani didalam rumah ataupun diluar rumah (red: berani dalam artian
positif).