Yah, mungkin sejak kemarin sampai hari ini, warga FLP sedang dihebohkan dengan jatuhnya Tema “Angka Sebelas”. Angka Sebelas… Angka Sebelas.. Angka Sebelas… mulai hinggap dan melekat dikepala kita dan akan berhenti setelah tema tersebut bisa dituangkan dalam bait-bait kata di MS.Word. Tema “Angka Sebelas” ini merupakan hasil syuronya pembesar di FLP yang tidak mungkin bisa diganggu gugat lagi, apalagi hanya untuk meminta ganti ke angka dibawahnya, karena mungkin ada yang punya trauma tersendiri dengan angka sebelas, ataupun sindrom-sindrom akut tentang angka sebelas tersebut.
Sebelas. Tulisan ini bukanlah untuk memuat lagu yang berjudul “Sebelas Januari”, Bukan pula nama sebuah Perguruan Tinggi “Sebelas Maret”, ataupun sebuah surat perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR ). Ini hanyalah tentang Miladnya FLP yang Ke Sebelas.
Sebenarnya dilanda kebingungan juga. Hal apa yang akan dituliskan sesuai dengan tema tersebut, dengan waktu yang terus dikebut hampir Garis mati (Deadline) jam dua belas nanti, tapi saya mencoba terus menggali ide-ide yang ada didalam fikiran yang baru terjaga dari tidur lelap semalam itu, sehingga masih butuh waktu yang cukup panjang sebelum menuliskannya. Hanya berlandaskan Bismillahirrahmanirrahim dan ke PEDE an saja untuk mencoba merealisasikannya.
Sebelas merupakan angka yang terdiri dari dua buah angka (kembar) satu, yang secara fisiknya kita lihat angka satu merupakan sosok sebuah angka yang berpostur sederhana, berdiri tegak dan berbendera kecilnya. Secara tersirat angka (kembar) Satu tersebut, banyak digandrungi karena urutan yang paling terdepan, sehingga pencintraan atas dirinya begitu sempurna. berbeda dengan angka (kembar) satu alias sebelas Sebelas. Yang mempunyai beragam pencintraan terkait momen dan siapa yang mencitrakannya saja.
Namun, bagi saya Angka sebelas ini memiliki makna yang begitu mendalam, yang saya pun baru tersadar saat saya menuliskan tentangnya hari ini. Yah.. mungkin selama ini kita hanya mengenal dari fisiknya saja (Ta’aruf) hanya sebatas itu saja, kita belum memasukinya dari proses pemahaman akan dirinya (Tafahum). Kalau kita hanya berta’aruf saja, maka kita hanya akan sepintas lalu saja bersamanya. Sehingga banyak pelajaran hari ini yang bisa saya petik dari angka sebelas.
Seperti Orang yang lagi kasmaran (red: lagi menuju jenjang pernikahan), jika mereka hanya melalui dari proses Ta’aruf saja mungkin akan bisa-bisa saja. Tapi jika untuk naik ketingkatan Romantisme (red: mengarungi rumah tangga), apakah sekedar mengenal saja itu cukup??? Tentu tidak bukan. Harus melalui masa-masa tafahum agar rumah tangga yang diarunginya dapat bertahan hingga ke syurga (kalau bertahan hingga mati saja, bagi saya itu bukan cinta yang sejati karena mereka bisa pisah juga. Ada yang masuk syurga, ada yang dineraka.. hhe juskid). Untuk lebih jelasnya tanyakan saja kepada kerabat anda yang sudah menikah, karena saya belum menikah makanya tidak ingin melanjutkan tentang ini. baik kita lanjut ke masalah sebelas lagi.
Jadi, begitu indahnya angka Sebelas, dia berdiri dengan angka dari kalangannya sendiri. Dari golongannya sendiri yaitu golongan angka 1. Begitu juga kita manusia, mengapa Allah mengutus nabi dan rasulnya dari setiap golongannya??? Karena dengan orang dari golongannya maka dia itu telah mengenal bagaimana karakteristik dari golongannya tersendiri, sudah paham dengan pola hidup mereka karena berasal dari golongan tersebut. Nah, Allah juga menciptakan Hawa dari Tulang Rusuknya adam, karena adam membutuhkan sosok yang mengerti akan dirinya maka itu Allah menciptakan hawa darinya. Bukan menciptakan Hawa dari golongan malaikat, karena akan berbeda peranan (wallahua’lambisshawab).
Jika urutan bilangan terfavorite dari satu sampai sepuluh, maka saya akan tetap salut dan akan memilih angka sebelas, karena sesekali kita harus keluar dari zona aman agar kita bisa melihat sesuatu dengan cara yang lebih indah. Satu sampai sepuluh kita ibaratkan “pacaran” (ala anak-anak kurang pemahaman) digandrungi dan diagung-agungkan oleh semua kalangan didunia. Angka sebelas adalah menikah (telah memiliki teman disisinya), diantara begitu banyak orang yang memilih pacaran sebagai pelampiasan kurang perhatian, namun masih ada orang yang tidak mau dengan tatanan pergaulan seperti itu, makanya ia lebih menyegerakan menikah walau usia masih muda. (karena saya belum juga dan bagi yang belum menikah, tetaplah menjaga karena janji Allah gak akan salah apalagi nyasar)
Nah, oleh karena itu sebnarnya tulisan ini juga merupakan tulisan permohonan maaf saya kepada FLP aceh yang telah membesarkan saya (walaupun belum besar, hhe), mengenalkan saya tentang apa pentingnya menulis, diperkenalkan dengan guru-guru yang telah mendampingi kami tanpa kenal peluh dikelas itu (tak menyebutkan karena kelas itu bernomor urut dibawah sebelas), juga teruntuk keluarga baru yang tercipta dikelas itu walaupun semua telah pada kocar-kacir dengan tanggung jawab yang mereka emban hingga ke kota-kota seberang, Alhamdulillah silaturahim masih tetap terjaga.
Saya menyadari selama ini saya hanya sekedar ta’aruf saja dengan FLP, walaupun sudah cukup banyak peranannya mempengaruhi kehidupan saya, saya akui saya belum memasuki ranah memahami kondisi FLP, belum berterimakasih dengan sekedar datang bertandang ke Rumcay (Rumah cahaya ), belum pernah berkecimpung di setiap kegiatan FLP, semoga bisa memaklumi dan saya akan belajar untuk tafahum tentang FLP yang kini usianya sudah Sebelas Tahun. Bak kata orang tua “kini kau sudah besar nak”, semakin usiamu bertambah, semakin banyak hal yang akan kau temui dank au lalui.. (berlagak bijak).
Satu kalimat untuk FLP “ANGKA SEBELAS” (Allah meNG_anugrah_KAn SEnyuman BEralas Ke_ikhLAS_an), semoga tetap tersenyum dengan mengepakkan karya-karya terbaik yang bisa merobek dinding peradaban.