Goresan
pena buat FUAT….
Bukan “Kader “, (kacang lupa pada kuliatnya)
By: Husna Linda Yani / Arsitektur 2008
Siapa sich yang gak tau kacang kulit, apalgi gak suka kacang kulit???. HmmM
nyummi,… Makanan ringan, kecil dan imut yang begitu setia menemani saat-saat
bergadang buat tugas, ngumpul bareng dengan teman, Apalagi dikalangan mahasiswa
teknik.
Itu BUKAN kita |
Yah, baik.. kita gak akan panjang lebar membahas manfaat sikecil. Tapi
kita akan mendeskripsikan sesuatu yang mungkin anda sudah tau atau pun belum
tau.. hhha, anggap saja kalian belum tau. Deal???
Okelah.. checkidott
Alkisah… ketika tanaman kacang mulai menunjukkan buahnya didalam tanah,
sang biji memohon pada sang induk supaya ia ditemani saat keluar karena jika ia
keluar sendiri, maka ia akan kedinginan,takut, dan gelap. Sang induk(batang)
yang baik hati mengabulkan permintaan biji. Maka dibuatlah kulit yang
membungkus biji agar aman dari tekanan tanah ataupun melindunginya dari
serangga yang kerapkali menghancurkan biji kacang tersebut.
Begitu biji keluar, ia mendapati dirinya dalam dekapan yang hangat dan
terlindungi. Suasana takut yang dibayangkan ternyata berbanding terbalik dengan
yang kenyataan yang ada. Sebuah cangkang yang lebih besar ukurannya dari pada
biji telah membungkusnya sedemikian rupa. Inilah yang membuat biji tetap hangat
dan terus menjadi biji yang matang tanpa gangguan apapun. Sementara si
kulit(cangkang) terus menerus menahan dingin dan tekanan tanah semata-mata
untuk melindungi si biji.
Namun, apa balasan dari si biji???... penasaran kan??? Ikutin terus…
Saat panen tiba, petani mulai memetik setiap batang kacang dengan
memilah-milah mana kacang yang berbiji dua, mana kacang yang berbiji tiga atau
lebih, untuk dijual dengan harga berbeda.
Haa!!!, kini situasi si biji kacang telah berbeda lagi. ia sekarang
bukan berada di tanah, melainkan berada di udara bebas yang lebih aman dan
tidak menakutkan lagi. semua pemikat kacang kini lebih melirik pada biji dari pada kulitnya. Tidak ada satu
pun yang berpikir bahwa biji kacang yang enak dan besar itunadalah karena peran
kulit yang begitu kuat untuk melindunginya.
Sang biji pun “lupa” kepada kulit yang telah membungkusnya sekian lama
ketika ia begitu dipuji krena keindahan dan dan kenikmatan yang dirasakan oleh
manusia. Tidak hanya itu, ketika kulit mulai dibuka dan dicampakkan begitu saja
tak ada ucapan terimakasih yang keluar dari sibiji. Hal serupa juga terjadi
disaat biji mulai mengeluarkan tunas-tunas barunya, serta merta sikulit
dilupakan bahkan membusuk perlahan-lahan tanpa sepengetahuan si biji yang
sedang berkonsentrasi dengan pada pertumbuhan tunasnya yang baru.
Na’uzubillahiminzalik…
Yah,
mungkin cerita ini sangat simple, tapi menurut penulis itu merupakan sebuah
tamparan keras dan juga instrospeksi diri buat kita.
Pernahkah
kita berterimakasih pada FUAT yang sejak awal kita menginjakkan kaki ini di
teknik diperkenalkan bahkan disterilkan ruhy kita dari pengaruh pekatnya
peradaban di teknik sehingga kita masih tetap istiqamah di jalan ini???
Pernahkah
kita menyadari, saat kita berada disuatu kedudukan ataupun wajihah lain yang
sangat hebat siapakah yang menjadikan pribadi ini tangguh menghadapi polemik
kalau bukan karena kita terlahir dari rahim yang kuat, rahim yang begitu
menjaga kita.. FUAT..
Ingatlah
kawan, jangan sampai kita menjadi “kader”(kacang lupa pada kulitnya).. walaupun
amanah kita diluar seabrek, tapi selagi kita di teknik, ingatlah bah wa
disini (di teknik) ada wajihah yang merindukan kehadiranmu. Tegur sapamu dulu.
Candamu dulu. Bahkan tangisanmu saat pedihnya dakwah yang kau lalui..
berterimakasihlah kita berkat FUAT kau dan aku bisa merajut ukhwah…